BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Moh. Surya (1997) : “belajar diartikan sebagai suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru
secarakeseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri
dalam berinteraksi dengan lingkungannya”. Witherington (1952) : “belajar merupakan
perubahan dalam kepribadianyang di manifestasikan sebagai pola-pola respons
yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku
yangmuncul karena pengalaman”.
Wingkel, 1987 : “belajar. adalah suatu aktifitas
mental & psikis dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan perilaku pada diri sendiri.”Belajar adalah suatu proses/usaha sadar
yang dilakukan oleh individu untuk menghasilkan perubahan tingkah laku
baikdalam aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan nilai) maupun
psikomotor (keterampilan) sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan untuk
mencapai tujuan tertentu. Sedangkan pembelajaran menurut Gagne dan Briggs
(1979:3) : pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar
siswa yang bersifat internal.
Dalam pembelajaran tentunya terdapat asas serta
prinsip-prinsip belajar yang merupakan landasan berpikir,landasan berpijak, dan
sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara
pendidik dengan peserta didik.Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam upaya
pembelajaran, baik bagi siswa maupaun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang
diinginkan. Berikut ini prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal
A.B. (1961) adalah :1. Prinsip Kesiapan (Readinees)Proses belajar dipengaruhi
kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan siswaialah kondisi yang
memungkinkan ia dapat belajar.2. Prinsip Motivasi (Motivation)Tujuan dalam
belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalahsuatu
kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itudan
memelihara kesungguhan.3. Prinsip Persepsi Seseorang cenderung untuk percaya
sesuai dengan bagaiman ia memahami situasi.Persepsi adalah interpertasi tentang
situasi yang hidup. Setiap individu melihat duniadengan caranya sendiri yang
berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN ASAS PEMBELAJARAN
A.
Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan
dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman,
pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran
akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu
yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang. Menurut H.L. Petri, “motivation is the concept we use when
we describe the force action on or within an organism to initiate and direct
behavior”. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran. Sebagai alat, motivasi
merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar
sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang
pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.
Motivasi
erat kaitannya dengan minat.siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang
studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul
motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi
oleh nilai-nilai yang di anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut
mengubah tingkah laku dan motivasinya.Motivasi dapat bersifat internal, artinya
datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari
orang lain. Motivasi dibedakan menjadi dua:
a) Motif intrinsik.
Motif
intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
Sebagai contoh, seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran
di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
b)
Motif
ekstrinsik.
Motif
ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya
tetapi menjadi penyerta. Contohnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan
dikarenakan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh
keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Keinginan naik kelas atau
mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
Motif
ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut “transformasi
motif”. Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan
anaknya menjadi seorang guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu untuk
menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi
pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru.
Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik menjadi intrinsik.
2. Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga
tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar
adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka
inisiatif harus datang sendiri.Guru sekedar pembimbing dan pengarah.Menurut
teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa
mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan
transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan
mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses balajar mengajar anak mampu
mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan
keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis.
Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya
menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang
dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
3.
Keterlibatan
langsung/berpengalaman
Menurut
Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut
pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari
pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar
mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan
siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan
masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata,
tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam
pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi
nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan
latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4. Pengulangan
Menurut
teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia
yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan,
berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut
akan berkembang. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”,
Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus
dan respons, dan pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar
peluang timbulnya respons benar.
Pada teori
psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus saja
tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke
kelas, mobil berhenti pada saat lampu merah.Ketiga teori tersebut menekankan
pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang
berbeda. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan
seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai
untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan
sebagai dasar pembelajaran.
5. Tantangan
Teori
Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi
belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan
yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan
itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.Tantangan yang dihadapi
dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar
yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat
siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Penggunaan
metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa
untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun
negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh
ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.
6. Balikan dan penguatan
Prinsip
belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh
teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori
conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant
conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini
adalah law of effectnya Thorndike.Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan
nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar
lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau
penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu
ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak
untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape
conditioning. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode
penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan
terjadinya balikan dan penguatan.
7. Perbedaan individu
Siswa
merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan
belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan
klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan
individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa
sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama,
demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran
klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa
cara, misalnya:
·
Penggunaan
metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi
·
Penggunaan
metode
instruksional
·
Memberikan
tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan memberikan
bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang
·
Dalam
memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa
Implikasi prinsip-prinsip belajar
bagi siswa dan guru tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses
pembelajaran berlangsung.
Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar
bagi Siswa
Siswa
sebagai ”primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan
apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar.
1) Perhatian dan motivasi
Siswa
dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke
arah pencapaian tujuan belajar. Siswa diharapkan selalu melatih inderanya untuk
memperhatikan rangsangan yang muncul dalam proses pembelajaran.
Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373).
Implikasi
prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi
belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara
terus-menerus. Untuk dapat membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar
mereka secara terus-menerus, siswa dapat melakukannya dengan
menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapai secara
positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan target/sasaran penyelesaian
tugas belajar, dan perilaku sejenis lainnya. Dari contoh-contoh perilaku siswa
untuk meningkatkan dan membangkitkan motivasi belajar, dapat ditandai bahwa
perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.
2)
Keaktifan
Sebagai
”primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa
dituntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk
dapat memproses dan mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar
dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional. Implikasi prinsip
keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber
informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari
suatu reaksi kimia, membuat karya tulis, membuat kliping, dan perilaku sejenis
lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut menuntut
keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.
3)
Keterlibatan
langsung/berpengalaman
Hal apapun
yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada
seorangpun dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies,
1987:32). Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan
mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Bentuk-bentuk
perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa,
misalnya siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa melakukan reaksi kimia,
dan perilaku sejenisnya. Perilaku keterlibatan siswa secara langsung dalam
kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.
4)
Pengulangan
Penguasaan
secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih
berarti (Davies, 1987:32). Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan
dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa
adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang
untuk satu macam permasalahan. Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak
merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran
yang merupakan implikasi prinsip pengulangan unsur-unsur kimia setiap valensi,
mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-nama latin tumbuhan, atau
menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.
5)
Tantangan
Prinsip
belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa diberikan
tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk
belajar, ia akan belajar dan mengingat lebih baik (Davies, 1987:32). Hal ini
berarti siswa selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh, memproses dan
mengolah setiap pesan yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi prinsip
tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan
adanya kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses dan mengolah pesan. Selain
itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala
permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan
implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen,
melaksanakan tugas terbimbing ataupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan
suatu masalah.
6)
Balikan
dan penguatan
Siswa
selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar
atau salah? Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang
hasil (knowledge of result), yang sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi
dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah
segera diberikan penguatan (reinforcement) (Davies, 1987:32). Hal ini timbul
karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus penguatan
bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan penguatan
bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah dengan segera
mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap
skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua karena hasil
belajar yang jelek.
7)
Perbedaan
individual
Setiap
siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang
lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri
dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi kecepatan belajar (Davies,
1987:32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan membantu siswa
menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri.
B.
Asas-Asas
Pembelajaran
Pada bagian ini diuraikan 14 asas pembelajaran yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk pengembangkan program pembelajaran inovatif.
Keempat belas asas tersebut adalah:
1) Lima prinsip dasar dalam pemenuhan
hak anak: (a) non-diskriminasi, (b) kepentingan terbaik bagi anak (best
interests of the child), (c) hak untuk hidup dan berkembang (right to
life, continuity of life and to develop), (d) hak atas perlindungan
(right to protection), (e) penghargaan terhadap pendapat anak (respect
for the opinions of children).
2) Belajar bukanlah konsekuensi
otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.
3) Belajar memerlukan keterlibatan
mental dan kerja siswa sendiri.
4) Yang bisa membuahkan hasil belajar
yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
5) Untuk bisa mempelajari sesuatu
dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan, dan
membahasnya dengan orang lain.
6) Aktivitas pembelajaran pada diri
siswa bercirikan: (a) yang saya dengar, saya lupa; (b) yang saya dengar
dan lihat, saya sedikit ingat; (c) yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan
atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami; (d) yang saya
dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan
keterampilan; dan (e) yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
7) John Holt (1967) proses belajar akan
meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal: (a) mengemukakan kembali
informasi dengan kata-kata sendiri, (b) memberikan contoh, (c) mengenalinya
dalam bermacam bentuk dan situasi, (d) melihat kaitan antara informasi itu
dengan fakta atau gagasan lain, (e) menggunakannya dengan beragam cara, (f)
memprediksikan sejumlah konsekuensinya, (g) menyebuitkan lawan atau
kebalikannya.
8) Ada 9 konteks yang melingkupi siswa
dalam belajar: (a) tujuan, (b) isi materi, (c) sumber belajar (sumber
belajar bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan), (d) target siswa (siapa yang
akan belajar), (e) guru, (f) strategi pembelajaran, (g) hasil (bagaimana
hasil pembelajaran akan diukur), (h) kematangan (apakah siswa telah siap dengan
hadirnya sebuah konsep atau pengetahuan), (i) lingkungan (dalam
lingkungan yang bagaimana siswa belajar).
9) Kata kunci pembelajaran agar
bermakna: (a) real-world learning, (b) mengutamakan pengalaman nyata,
(c) berpikir tingkat tinggi, (d) berpusat pada siswa, (e) siswa aktif, kritis,
dan kreatif, (f) pengetahuan bermakna dalam kehidupan, (g) dekat dengan
kehidupan nyata, (h) perubahan perilaku, (i) siswa praktik, bukan menghafal,
(j) learning, bukan teaching, (k) pendidikan bukan pengajaran,
(l) pembentukan manusia, (m) memecahkan masalah, (n) siswa acting, guru
mengarahkan, (o) hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan
tes.
10) Pembelajaran yang memperhatikan
dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih kuat.
11) Otak tidak sekadar menerima
informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas informasi dengan orang lain
dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas.
12) Otak kita perlu mengaitkan antara
apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan
cara kita berpikir.
13) Proses belajar harus mengakomodasi
tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)
14) Resiprositas (kebutuhan mendalam
manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja sama) merupakan sumber
motivasi yang bisa dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan belajar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,
disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya
prosesbelajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)
Prinsip belajar adalah landasan berpikir,landasan berpijak,
dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik
antara pendidik dengan pesertadidik.Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam
upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi guru dalam upaya mencapai hasil
yang diinginkan.
Berikut ini prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh
Rothwal A.B. (1961) adalah :1. Prinsip Kesiapan (Readinees) Proses belajar
dipengaruhi kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan siswaialah kondisi
yang memungkinkan ia dapat belajar 2. Prinsip Motivasi (Motivation)Tujuan dalam
belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalahsuatu
kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itudan
memelihara kesungguhan 3. Prinsip PersepsiSeseorang cenderung untuk percaya
sesuai dengan bagaiman ia memahami situasi. Persepsi adalah interpertasi
tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat duniadengan caranya sendiri
yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.
Secara umum, prinsip-prisip belajar yaitu :1) Perhatian dan
Motivasi 2) Keaktifan 3) Keterlibatan langsung atau pengalaman 4) Pengulangan
5) Tantangan 6) Balikan dan penguatan (law of effect) 7) Perbedaan individual.
DAFTAR PUSTAKA
http://techonly13.wordpress.com/2010/08/01/asas-asas-pembelajaran/
http://blog.unsri.ac.id/download1/15206.pdf
http://blog.tp.ac.id/pdf/tag/makalah-prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran.pdf
http://blog.elearning.unesa.ac.id/pdf-archive/prinsip-belajar-dan-asas-asas-pembelajaran-dalam-bentuk-pdf.pd
up
BalasHapus