BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Kedelai
Dewasa ini di Indonesia
telah beredar beberapa varietas unggul kedelai yang dilepas oleh Pemerintah sebanyak
48 varietas dan telah diuji kemampuan adaptasi dan observasi yang dilakukan
oleh berbagai instansi terkait seperti Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Peneliti Teknologi
Pertanian, Perguruan Tinggi atau Instansi Pemuliaan sampai dengan tahun 1999 (Petijo;
2003: 20).
B.
Klasifikasi
tanaman kedelai
Familia : Leguminosae
Subfamili : Papilionoidae
Genus : Glycine
Species : Glycine max L
(Anggita; 2011)
Kedelai yang tumbuh secara
liar di Asia Tenggara meliputi sekitar 40 jenis. Penyebaran geografis dari
kedelai mempengaruhi jenis tipenya. Terdapat 4 tipe kedelai yakni: tipe
Mansyuria, Jepang, India, dan Cina (Anggita; 2011)
Gambar
2.1 komponen Pengelolaan Nutrisi Terpadu
Sumber : pertanian organik menuju
pertanian alternatif dan berkelanjutan (Sutanto; 2002).
C.
Pembentukan
Tanah
Pembentukan tanah sangat
ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :
1.
Iklim
2.
Batuan Induk
3.
Vegetasi
4.
Relief (tinggi tempat/naik/turunnya tanah)
5.
Manusia
6.
Waktu
Keenam faktor diatas tidak
dapat berdiri sendiri, karena bagian integral yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lain (Akk, 1983)
Sumber bahan organik dapat
berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan,
tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri
yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota. Kompos merupakan produk
pembusukan dari limbah tanaman dan hewan hasil perombakan oleh fungi,
aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau merupakan keseluruhan tanaman hijau
maupun hanya bagian dari tanaman seperti sisa batang dan tunggul akar setelah bagian
atas tanaman yang hijau digunakan sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk
hijau ini adalah sisa–sisa tanaman, kacang-kacangan, dan tanaman paku air Azolla.
Pupuk kandang merupakan
kotoran ternak. Limbah ternak merupakan limbah dari rumah potong berupa
tulang-tulang, darah, dan sebagainya. Limbah industri yang menggunakan bahan pertanian
merupakan limbah berasal dari limbah pabrik gula, limbah pengolahan kelapa sawit,
penggilingan padi, limbah bumbu masak, dan sebagainya. Limbah kota yang dapat menjadi kompos berupa sampah kota yang berasal dari
tanaman, setelah dipisah dari bahan-bahan yang tidak dapat dirombak misalnya
plastik, botol, dan kertas
Istilah pupuk hayati
digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional mikroba tanah
yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia
bagi tanaman. Pemakaian istilah ini relatif baru dibandingkan dengan saat
penggunaan salah satu jenis pupuk hayati komersial pertama di dunia yaitu
inokulan Rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun yang lalu. Pupuk
hayati dalam hal ini dapat didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif
organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi
tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman.
Memfasilitasi tersedianya
hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara
misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut
fosfat, maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan
hara ini berlangsung melalui hubungan simbiotis atau nonsimbiotis. Secara simbiosis
berlangsung dengan kelompok tanaman tertentu atau dengan kebanyakan tanaman,
sedangkan nonsimbiotis berlangsung melalui penyerapan hara hasil pelarutan oleh
kelompok mikroba pelarut fosfat, dan hasil perombakan bahan organik oleh
kelompok organisme perombak. Kelompok mikroba simbiotis ini terutama meliputi
bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza. Penambatan N2 secara simbiotis
dengan tanaman kehutanan yang bukan legum oleh aktinomisetes genus Frankia di
luar cakupan buku ini. Kelompok cendawan mikoriza yang tergolong ektomikoriza juga di luar cakupan baku ini, karena kelompok
ini hanya bersimbiosis dengan berbagai tanaman kehutanan. Kelompok endomikoriza
yang akan dicakup dalam buku ini juga hanya cendawan mikoriza vesikulerabuskuler,
yang banyak mengkolonisasi tanaman-tanaman pertanian (R.D.M. Simanungkalit dkk,
2006).
D. Sekilas
Tentang Azolla
Azolla
adalah nama tumbuhan paku-pakuan akuatik yang mengapung di permukaan air.
Tumbuhan ini bersimbiosis dengan Anabaena azollae, alga biru hijau (Cyanobacteria) dan Azolla sebagai
inangnya atau rumah bagi alga. Alga hidup di rongga yang ada di sisi permukaan
bawah daun Azolla. Dalam hubungan saling menguntungkan ini, Anabaena bertugas memfiksasi dan mengasimilasi gas nitrogen dari atmosfer. Nitrogen
ini selanjutnya digunakan oleh Azolla untuk membentuk protein. Sedangkan tugas
Azolla menyediakan karbon serta lingkungan yang nyaman bagi pertumbuhan dan
perkembangan alga. Hubungan simbiotik yang unik inilah yang membuat Azolla menjadi
tumbuhan yang menakjubkan dengan kualitas nutrisi yang baik.
Azolla memiliki beberapa spesies, antara lain Azolla
caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla, Azolla
nilotica, Azolla pinnata var. pinnata, Azolla pinnata
var. imbricata, Azolla rubra.
Azolla sangat kaya akan protein, asam amino esensial, vitamin
(vitamin A, vitamin B12 dan Beta- Carotene), mineral seperti kalsium, fosfor,
kalium, zat besi, dan magnesium. Berdasarkan berat keringnya, mengandung 25 –
35% protein, 10 – 15% mineral dan 7 – 10% asam amino, senyawa bioaktif dan
biopolymer. Sementara kandungan karbohidrat dan lemak Azolla sangat
rendah. Komposisi nutrisinya membuat Azolla sangat efisien dan efektif
sebagai pakan ikan, ternak, dan unggas. Ternak dengan mudah dapat mencernanya,
karena kandungan protein yang tinggi dan lignin yang rendah (M. Noer Ratna,
2011).
Karena jenis pupuk yang beredar dipasaran sudah sangat banyak jenisnya
dan agar lebih jelasnya, penyusun dapat mengelompokkan kedalam dua jenis berdasarkan
asalnya, yaitu :
- Pupuk anorganik seperti urea (pupuk N) TSP atau SP 36 (Pupuk P), KCL (pupuk K), serta
- pupuk organic seperti pupuk kandang, kompos, humus, dan pupuk hijau. (Pernata Ayub S. 2010).
Azolla sebagai pupuk
organik, dapat diberikan dalam bentuk segar, kering, maupun kompos. Cara
pembuatan kompos Azolla: 100 kg azolla segar dan 5 kg dedak dicampur merata +
100 cc dekomposer (Superdegra) dilarutkan dalam 10 liter air, kemudian
disiramkan merata dalam tumpukan bahan kompos. Tumpukan bahan kompos ditutup
dengan (karung goni). Setelah 4 hari, pupuk azolla selesai difermentasi menjadi
kompos (Paketri, 2011).
Sebagai pupuk
Organik untuk lahan kering
1.
Azolla dapat dimanfaatkan baik dalam keadaan
segar,dikeringkan maupun setelah terdekomposisi untuk tanaman jagung dan
sayuran
2.
Azolla mudah terkomposisi karena nisbah C/N rendah
3.
Azolla Menghasilkan biomassa yang cukup besar, 150
ton/ha dalam waktu 3-4 bulan dan mengandung 120 kg N (lebih dari 2 ton ammonium
sulfat atau 1 ton urea (R. Sutanto, 2002).
E.
Syarat
Tumbuh
- Iklim
Kedelai
sebagian besar tumbuh di daerah beriklim tropis dan sub tropis. Kedelai dapat
tumbuh baik di tempat berhawa panas, di tempat-tempat terbuka, dan bercurah hujan
100-400 mm3 per bulan. Kedelai kebanyakan ditanam di daerah yang terletak
kurang dari 400 m dpl dan jarang sekali ditanam di daerah yang terletak 600 m
dpl. Tanaman kedelai akan tumbuh baik di daerah beriklim kering.
- Tanah
Kedelai
dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah
cukup baik. pH tanah s,B-7,0'. Tanah yang cocok yaitu ailuviar, regosor,
grumosor, ratosor, dan andosol (Ir, Siswadi, M.P, 2006)
Tabel 2.2
Produksi Kacang tanah (buji kering) dan kedelai (biji Kering di Indonesia
1992-1998
Tahun
|
Kacang Tanah (ton)
|
Kedelai (ton)
|
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
|
739.050
638.708
631.971
760.148
737.815
688.345
691.279
|
1.863.713
1.708.528
1.564.847
1.680.007
1.517.181
1.356.891
1.306.253
|
Sumber :
Budidaya Kacang-Kacangan (Fachruddin L. Ir, 2000)
Perhatian Pemerintan
terhadap kacang-kacangan sangat besar. Hal ini terbukti dengan program
pemerintahan dalam membangun subsector pertanian tanaman pangan dan
hortikultura termasuk palawija, terutama kacang-kacangan. Sebagai contoh
kegiatan tersebut adalah programswasembada kedelai. Produksi kedelai nasional
diproyeksikan meningkat rata-rata 3,17 % per tahun, yakni dari 1.849 ton
(1994), menjadi 1.907 ton (1995), 1.968 ton (1996), 2.030 ton (1997), dan 2.095
ton (1998) (Fachruddin L. Ir, 2000)
Tabel 2.3
Kandungan Protein pada beberapa Varietas Kedelai
No
|
Varietas Kedelai
|
Kadar Protein (%)
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
|
Otau
No. 27
No. 29
Ringgit
Sumbing
Merapi
Shakti
Davros
Taichung
T.K.5
Orba
Galunggung
|
36,7
40
43
39
39,3
41
41,6
37,13
39
35,5
38,5
44
|
Sumber : Pembuatan Tempe
(Suprapti Lies. M, 2003).
Tabel
2.4 Komposisi Asam Amino Esensial
Jenis Asam Amino
|
Kadar Nitrogen
(mg/g Bahan)
|
Tryptophan
Threonine
Isoleucine
Leucine
Lysine
S-a-a
Phenylalanine
Tyrosine
Valine
|
86
246
336
482
395
195
309
199
328
|
Sumber : Aneka Dan Olahan Kedelai (Feryanto Agung, 2007).
F.
Jarak
Tanam dan Jumlah Biji
Jarak tanam pada penanaman dengan
membuat tugalan berkisar 20-40 cm. Jarak tanam yang biasa dipakai 30 x 20 cm,
25 x 25 cm, atau 20 x 20 cm. Sedangkan jarak antara alur yang satu dengan yang
lain dapat dibuat 50-60 cm dan untuk alur ganda jarak tanam dibuat 20 cm dengan kedalam-an 5 cm
(Ir, Siswadi, M.P, 2006).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar anda menyelamatkan kami :)