BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Banyak negara yang mengakui bahwa persoalan pendidikan
merupakan persoalan yang pelik. Namun semuanya merasakan bahwa pendidikan
merupakan salah satu tugas negara yang amat penting. Bangsa yang ingin maju,
membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat dan dunia tentu
mengatakan bahwa pendidikan merupakan kunci keberhasilan suatu bangsa.
Tantangan dunia pendidikan ke depan adalah mewujudkan proses
demokratisasi belajar. Pembelajaran yang mengakui hak anak untuk melakukan
tindakan belajar sesuai karakteristiknya. Hal penting yang perlu ada dalam
lingkungan belajar yang demokratis adalah reallness. Sadar bahwa anak memiliki
kekuatan disamping kelemahan, memiliki keberanian di samping rasa takut dan
kecemasan, bisa marah di samping juga bisa gembira .
Bagi para guru, salah satu pertanyaan yang paling penting
tentang belajar adalah : Kondisi seperti apa yang paling efektif untuk
menciptakan perubahan yang diinginkan dalam tingkah laku? Atau dengan kata
lain, bagaimana bisa apa yang kita ketahui tentang belajar diterapkan dalam
instruksi? Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat pada
penjelasan-penjelasan psikologis tentang belajar.
Hidup bersama antarmanusia akan berlangsung dalam berbagai
bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi
interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan
proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungan,
interaksi dengan sesama, maupun interaksi dengan tuhannya, baik itu sengaja
maupun tidak disengaja.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya
akal dan keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai
pengertian proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua
kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar
diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman
yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang
merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk
memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa
perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.
Menurut Arden N. Frandsen mengatakan bahwa hal yang
mendorong seseorang itu untuk belajar antara lain sebagai berikut:
1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin
menyelidiki dunia yang lebih luas;
2. Adanya sifat kreatif yang ada pada
manusia dan keinginan untuk maju;
3. Adanya keinginan untuk mendapatkan
simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman;
4. Adanya keinginan untuk memperbaiki
kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan
kompetensi;
5. Adanya keinginan untuk mendapatkan
rasa aman;
6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai
akhir dari pada belajar. (Frandsen, 1961, p. 216).
Secara
luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau
bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok
manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat
perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan
binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi
tidak menggunakan pikiran dan akal budi. Ivan Petrovich Pavlov, ahli psikologi
Rusia berpengalaman dalam melakukan serangkaian percobaan. Dalam percobaan itu
ia melatih anjingnya untuk mengeluarkan air liur karena stimulus yang dikaitkan
dengan makanan. Proses belajar ini terdiri atas pembentukan asosiasi (pembentukan
hubungan antara gagasan, ingatan atau kegiatan pancaindra) dengan makanan.
Proses belajar yang digambarkan seperti itu menurut Pavlov terdiri atas
pembentukan asosiasi antara stimulus dan respons refleksif.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Teori Belajar
2.
Teori Behaviorisme
Behaviorisme
merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek –
aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan,
bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar
semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan
yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori
belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya
perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau
mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional;
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh
faktor-faktor lingkungan.
Dalam arti
teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang
individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan.
Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini,
timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus).
Ciri dari
teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat
mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau
respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R
psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau
reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.
Dengan
demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara
reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat
bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku
adalah hasil belajar.
3.
Teori Humanistik
Pengertian
humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia
pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu
pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan. Dalam
artikel “What is Humanistik Education?”, Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah,
kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria.
Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam
pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi
humanistik.
Dalam
artikel “some educational implications of the Humanistic Psychologist” Abraham Maslow
mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang
terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik
lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada
“ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa
Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu
bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para
pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada
pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan
positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat
dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang
hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan,
keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan
pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas
ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
Selain
menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran
humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik
untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman,
berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk
melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal
yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk
melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?
Melihat
hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa
pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian
melihat emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik
melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah
karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran
humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan
pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia.
Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari
pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang
menitikberatkan kognisi.
Tokoh-Tokoh
Teori Belajar
4.
Teori Behaviorisme
Beberapa tokoh besar dalam aliran
behaviorisme antara lain adalah :
a. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan
Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia mengemukakan bahwa
dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara
stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon
yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh
stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Pavlov
mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing
di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh
situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda
waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap
bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank.
Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat
untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak
sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar.
Belajar
menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut
teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah
belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi
dihiraukan.
b. Thorndike (1874-1949)
Menurut Thorndike
belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa
yang disebut stimulus dan respon. Thorndike menggambarkan proses belajar
sebagai proses pemecahan masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses belajar,
pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan eksperimen
dengan sebuah puzzlebox. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang
dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara
otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan
teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya
aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai
terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai
tujuan.
Atas dasar
percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum belajar :
1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika
suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka
pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi
cenderung diperkuat.
2. Hukum latihan
Hukum
latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah hubungan S-R. Semakin
sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin
kuat. Hukum ini sebenarnya tercermin dalam perkataan repetioest mater studiorum
atau practice makes perfect.
3. Hukum akibat ( Efek )
Hubungan
stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung
diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Rumusan tingkat hukum akibat adalah,
bahwa suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk
dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi. Jadi hokum akibat menunjukkan
bagaimana pengaruh hasil suatu tindakan bagi perbuatan serupa.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Simpulan
Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk
mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal
diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik & membantu dalam mewujudkan
potensi- potensi yang ada pada diri mereka.Sedangkan teori belajar
behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya
interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai
pengalaman baru. Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki
kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran
sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
1. Membantu guru untuk memahami
bagaimana siswa belajar,
2. Membimbing guru untuk merancang dan
merencanakan proses pembelajaran,
3. Memandu guru untuk mengelola kelas,
4. Membantu guru untuk mengevaluasi
proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa
B. Saran
Pengertian, prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran
hendaknya dipahami oleh para pendidik dan diterapkan dalam dunia pendidikan
dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai. Dengan
memahami berbagai teori belajar, prinsip-prinsip pembelajaran dan pengajaran,
pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan out put-out
put yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asri C. 2005. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Darsono, Max. 2001. Belajar dan
Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Rumahbelajar psikologi.com
ijin copas ya , mksh
BalasHapus