BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian-penelitian untuk meningkatkan keber-hasilan stek
pucuk jenis-jenis Meranti (Shorea spp)
telah banyak dilakukan. Pemberian zat
pengatur tumbuh seperti IAA, IBA dan NAA dapat mendorong inisiasi akar,
mempercepat pembentukan akar,
meningkatkan persentase stek berakar,
meningkatkan jumlah dan kualitas akar stek pucuk jenis-jenis Meranti.
Air kelapa merupakan limbah yang tidak berharga dan mudah
diperoleh dimana-mana. Berdasarkan hasil
analisis hormon yang dilakukan oleh Savitri (2005) ternyata dalam air kelapa
muda terdapat Giberelin (0,460 ppm GA3,
0,255 ppm GA5, 0,053
ppm GA7), Sitokinin (0,441
ppm Kinetin, 0,247 ppm Zeatin) dan
Auksin (0,237 ppm IAA). Penelitian
tentang penggunaan air kelapa untuk merangsang pertumbuhan akar stek telah
dilakukan terhadap stek lada (Sumangunsong
1991), stek teh (Suraatmadja 1993),
stek batang sambung nyawa (Savitri
2005), dari hasil penelitian
tersebut terbukti bahwa stek yang direndam dalam air kelapa dapat meningkatkan
persentase stek berakar dan meningkatkan jumlah dan kualitas akar.
Penelitian tentang pengaruh penggunaan air kelapa terhadap
pertumbuhan stek pucuk jenis Meranti pertama kali dilakukan oleh Rusmayasari
(2006) terhadap stek pucuk Meranti Bapa (Shorea
selanica), ternyata air kelapa dapat meningkatkan pertumbuhan stek
pucuk. Penelitian tersebut perlu
dilanjutkan untuk jenis-jenis Meranti lainnya dan dengan menggunakan teknologi
penumbuhan akar stek yang lebih sederhana.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
air kelapa, IBA dan NAA terhadap pertumbuhan stek pucuk Meranti Tembaga (S. leprosula).
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pemanfaatan Air Kelapa untuk
Meningkatkan Pertumbuhan Stek Pucuk Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.)
Hasil pengamatan pengaruh
pemberian air kelapa, 100 ppm IBA dan
100 ppm NAA terhadap parameter pertumbuhan stek pucuk Meranti Tembaga (S.leprosula) pada umur 4 bulan setelah
tanam disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh air kelapa, IBA dan NAA terhadap pertumbuhan stek pucuk
Meranti Tembaga (S. leprosula)
Parameter Pertumbuhan
|
Perlakuan
|
|||
Kontrol
|
Air Kelapa
|
100 ppm IBA
|
100 ppm NAA
|
|
Persentase
hidup (%)
|
65,00
|
80,00
|
88,00
|
80,00
|
Persentase
bertunas (%)
|
46,67
|
80,00
|
76,77
|
73,33
|
Persentase
berakar (%)
|
42,00
|
75,00
|
78,00
|
73,00
|
Berat
kering akar (g)
|
0,174
|
0,338
|
0,332
|
0,330
|
Pemberian air kelapa, 100 ppm IBA dan 100 ppm NAA mampu
meningkatkan semua parameter pertumbuhan stek pucuk dibandingkan dengan
kontrol.
Hasil sidik ragam menunjukkan
bahwa pemberian air kelapa, 100 ppm IBA
dan 100 ppm NAA berpengaruh sangat nyata terhadap persentase hidup,
persentase bertunas, persentase
berakar, dan berpengaruh nyata
terhadap berat kering akar (Tabel 2).
Tabel 2. Sidik ragam pengaruh air kelapa, IBA dan NAA terhadap pertumbuhan stek pucuk
Meranti Tembaga (Shorea leprosula)
Parameter
Pertumbuhan
|
F hitung
|
Persentase hidup
|
13,17**
|
Pesentase
bertunas
|
23,80**
|
Persentase berakar
|
8,01**
|
Berat
kering akar
|
4,75*e
|
Keterangan :
**) = berpengaruh sangat nyata
pada selang kepercayaan 99%
*) = berpengaruh nyata pada selang kepercayaan
95%
Hasil uji Duncan pengaruh
pemberian air kelapa, 100 ppm IBA dan
100 ppm NAA terhadap parameter pertumbuhan stek pucuk Meranti Tembaga (S.leprosula) disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Uji Duncan pengaruh air kelapa, IBA dan NAA terhadap pertumbuhan stek pucuk
Meranti Tembaga (Shorea leprosula)
Parameter Pertumbuhan
|
Perlakuan
|
|||
Kontrol
|
Air kelapa
|
100 ppm IBA
|
100 ppm NAA
|
|
Persentase
hidup (%)
|
53,76 a
|
63.55 b
|
70,11 c
|
63,55 b
|
Persentase
bertunas (%)
|
43,08 a
|
63.55 b
|
61,15 b
|
59,04 b
|
Persentase
berakar (%)
|
40,67 a
|
60,08 b
|
62,29 b
|
59,06 b
|
Berat
kering akar (g)
|
0,174 a
|
0,338 b
|
0,332 b
|
0,330 b
|
Keterangan : angka yang
diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata pada selang kepercayaan 95%
Pemberian air kelapa, 100 ppm
IBA dan 100 ppm NAA berbeda nyata dengan kontrol untuk semua parameter
pertumbuhan stek pucuk, sedangkan pemberian air kelapa, 100 ppm IBA dan 100 ppm NAA satu sama lain
tidak berbeda nyata untuk persentase
bertunas, persentase berakar dan berat kering akar, khusus untuk persentase hidup,
100 ppm IBA berbeda nyata baik dengan pemberian air kelapa maupun dengan
100 ppm NAA.
Teknologi penumbuhan akar stek
pucuk Meranti Tembaga (S.leprosula)
dilakukan secara sederhana, yaitu
menggunakan bak pengakaran yang terbuat dari tembok dimana bagian atasnya
ditutup dengan plastik tebal transpparan yang dapat dibuka dan ditutup. Untuk mengurangi intensitas cahaya matahari
di bagian atas bak pengakaran diberi naungan dengan paranet 70%. Kegiatan penyiraman dilakukan secara intensif
dengan menggunakan hand spprayer yang
dapat menghasilkan butiran-butiran air yang halus (proses pengkabutan).
Dengan teknologi tersebut di
atas kelembaban udara rata-rata di dalam bak pengakaran berkisar 93,7% pada
pagi hari, 90,2% pada siang hari dan 92,8% pada sore hari, temperatur udara
rata-rata berkisar 25,6ºC pada pagi hari,
30,2º C pada siang hari dan 27,8º C pada sore hari.
Secara umum penelitian ini
berlangsung dengan baik, sampai stek
pucuk berumur 4 bulan setelah tanam persentase
hidup termasuk tinggi, yaitu 80%
untuk stek pucuk yang diberi air kelapa
dan 100 ppm NAA dan 88% untuk stek pucuk yang diberi 100 ppm IBA sedangkan
untuk kontrol mencapai 60%. Hal tersebut
diduga karena kondisi kelembaban udara dan temperatur udara di dalam bak
pengakaran optimal untuk pertumbuhan stek pucuk Meranti Tembaga, sesuai dengan
pendapat Andriance dan Brison (1955) yang menyatakan bahwa kelembaban udara
yang tinggi sangat berguna untuk mencegah kekeringan sebelum stek berakar,
terutama untuk stek herbaceous, stek
berbatang lunak dan stek berdaun.
Selanjutnya Mahlstede dan Haber (1962) mengemukakan bahwa kelembaban
yang optimal untuk perakaran stek berdaun adalah sekitar 90% pada saat belum
terbentuk perakaran dan minimal 75% ketika mulai terbentuk akar-akar yang masih
lemah. Selanjutnya Rochiman dan Harjadi
(1973) menambahkan bahwa temperatur yang optimal untuk pembentukan akar stek
berbeda-beda untuk tiap jenis tanaman, pada umumnya temperatur udara yang
optimal berkisar pada 29º C sedangkan temperatur media perakaran sebaiknya
sekitar 24º C karena pada temperatur ini pembagian sel pada daerah perakaran
akan distimulir. Sedangkan menurut
Hartmann et al. (1997), secara umum
temperatur yang diperlukan untuk pertumbuhan stek berkisar antara 21º C - 27º
C.
Pemberian air kelapa, 100 ppm IBA dan 100 ppm NAA mampu
meningkatkan persentase hidup,
persentase bertunas, persentase
berakar dan berat kering akar dibandingkan dengan kontrol. Peningkatan semua parameter pertumbuhan stek
pucuk yang diberi air kelapa tidak berbeda nyata dengan stek pucuk yang diberi
100 ppm IBA mupun yang diberi 100 ppm NAA.
Menurut Janick (1979), kapasitas bagian vegetatif menghasilkan akar
diakibatkan oleh interaksi faktor-faktor yang melekat (inherent) pada tanaman dengan faktor lain seperti zat-zat yang
dapat diangkut oleh tanaman dan diproduksi dalam kuncup, yakni auksin, karbohidrat, senyawa-senyawa
nitrogen, vitamin dan berbagai senyawa lain yang belum berhasil
diidentifikasi. Disebutkan juga, bahwa
zat yang berinteraksi dengan auksin dinamakan rooting cofactor yang menjadi pelatuk terjadinya perakaran. Sampai saat ini, baru auksin yang dianggap
dapat menginduksi tumbuhnya akar pada stek.
Krisnamoorthy (1981)
memperkuat pendapat tersebut di atas bahwa berdasarkan percobaan-percobaan yang
telah dilakukan selama ini ternyata bahwa dari sekian banyak zat pengatur
tumbuh yang ada, hanya golongan auksin (sintetik
maupun alamiah) yang mampu menginduksi perakaran stek.
Menurut Moore (1979), Indole Acetic Acid (IAA) merupakan
satu-satunya auksin yang terdapat secara alamiah. Senyawa-senyawa lain (auksin sintetik) yang
secara fisiologis menunjukkan aktivitas seperti auksin antara lain Indole
Butyric Acid (IBA) dan Napthalene Acetic Acid (NAA). Selanjutnya Wattimena (1988) mengemukakan
bahwa dari berbagai percobaan yang telah dilakukan, IBA dan NAA merupakan zat pengatur tumbuh
yang dapat menginduksi tumbuhnya akar pada stek tanaman berkayu dan tanaman
berbatang lunak.
Savitri (1995) telah melakukan
analisis hormon pada air kelapa muda, ternyata dalam air kelapa muda terdapat
Giberelin (0,460 ppm GA3, 0,255 ppm GA5 dan 0,053 ppm GA7), Sitokinin (0,441 ppm Kinetin dan 0,247 ppm
Zeatin) dan Auksin (0,237 ppm IAA).
Kandungan hormon sitokinin
(kinetin dan zeatin)dan auksin (IAA) pada air kelapa diduga yang menyebabkan
meningkatnya semua parameter pertumbuhan stek pucuk meranti tembaga dan
peningkatannya tidak berbeda nyata dengan stek pucuk yang diberi 100 ppm IBA
dan 100 ppm NAA.
Tumbuhnya tunas pada stek
sangat diperlukan untuk mendorong terjadinya perakaran stek. Pembentukan akar tidak akan terjadi bila
seluruh tunas dihilangkan atau dalam keadaan dorman, hal ini terjadi karena tunas berperan sebagai
sumber auksin yang menstimulir pembentukan akar, terutama bila tunas mulai
tumbuh (Leopold 1955).
Pertumbuhan tunas pada stek
pucuk meranti tembaga yang diberi air kelapa lebih cepat dan serempak, hal ini
diduga karena adanya kandungan sitokinin yang terdiri dari kinetin dan zeatin
pada air kelapa. Menurut Leopold (1955)
dan Bidwell (1974), adanya sitokinin
memungkinkan terjadinya pem-bentukan tunas dengan segera dan serempak, mencegah terjadinya pengguguran daun yang
lebih dini, terjadinya pembelahan dan
pembesaran sel yang lebih aktif.
Hasil penelitian pengaruh
pemberian air kelapa pada stek pucuk meranti bapa (S. selanica ) yang dilakukan Rusmayasari (2006) menunjukkan hasil
yang sama dengan penelitian ini dimana pemberian air kelapa mampu meningkatkan
parameter pertumbuhan (persen hidup,
persen berakar, berat kering akar) stek pucuk meranti bapa dibanding
kontrol, peningkatan tersebut tidak berbeda nyata dengan stek pucuk yang diberi
100 ppm NAA , namun ada perbedaan pada
pemberian 100 ppm IBA belum mampu meningkatkan parameter pertumbuhan
stek pucuk meranti bapa. Hal tersebut
diduga karena pemberian IBA dengan konsentrasi 100 ppm belum optimal untuk
merangsang pertumbuhan stek pucuk meranti bapa, sesuai dengan pendapat Hartmann
et al. (1997), penggunaan zat
pengatur tumbuh seperti IAA, IBA dan NAA dapat mendorong inisiasi akar,
mempercepat pembentukan akar,
mening-katkan persen stek berakar, meningkatkan jumlah dan kualitas akar
dan meningkatkan keseragaman perakaran.
Walaupun demikian pem-berian zat pengatur tumbuh tersebut pada berbagai
konsentrasi dapat berbeda-beda untuk setiap jenis tanaman, bahkan berbeda pula antar varietas dalam satu
jenis.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Pemberian
air kelapa pada stek pucuk meranti tembaga (S.
leprosula) dapat meningkatkan persen hidup,
persen bertunas, persen berakar
dan berat kering akar, peningkatan tersebut tidak berbeda nyata dengan
pemberian 100 ppm IBA maupun 100 ppm NAA.
2.
Air
kelapa memiliki efektifitas yang sama dengan 100 ppm IBA maupun dengan 100 ppm
NAA sehingga air kelapa direkomendasikan untuk digunakan sebagai perangsang
pertumbuhan stek pucuk meranti tembaga (S.
leprosula).
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=pemanfaatan%20air%20kelapa%20untuk%20meningkatkan%20pertumbuhan%20stek%20pucuk%20meranti%20tembaga%20%28shorea%20leprosula%20miq.%29&source=web&cd=1&ved=0CEoQFjAA&url=http%3A%2F%2Frepository.ipb.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123456789%2F54452%2F2.%2520Edje%2520Djamhuri.doc%3Fsequence%3D3&ei=bf32T5jPMpGHrAfIn6TZBg&usg=AFQjCNGSG9zCTCUFIHH4G4ILi9GfCs6R4A&cad=rja
0 Response to "Makalah Pemanfaatan Air Kelapa untuk Meningkatkan Pertumbuhan Stek Pucuk Meranti Tembaga (Shorea leprosula Miq.)"
Posting Komentar
Komentar anda menyelamatkan kami :)