1.
PENGERTIAN PENDIDIKAN
Pengertian Pendidikan
pada umumnya berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter,
kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam
dan masyarakatnya”.
John Stuart Mill (filosof Inggris, 1806-1873 M)
menjabarkan bahwa Pendidikan itu meliputi segala sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang untuk dirinya atau yang dikerjakan oleh orang lain untuk dia, dengan tujuan mendekatkan dia kepada tingkat kesempurnaan.
Pendidikan,
menurut H. Horne, adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian
yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan
mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam
sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
John Dewey,
mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu proses pembaharuan makna pengalaman,
hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau pergaulan orang
dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan dilembagakan
untuk untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses ini melibatkan pengawasan
dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dan kelompok dimana dia hidup.
Hal senada juga dikemukakan oleh Edgar Dalle bahwa
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang
berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan
peserta didik agar dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup
secara tetap untuk masa yang akan datang.
Thompson
mengungkapkan bahwa Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu
untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku,
pikiran dan sifatnya.
Ditegaskan oleh M.J. Longeveled bahwa Pendidikan
merupakan usaha , pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak
agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anak agar cukup
cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Prof. Richey
dalam bukunya ‘Planning for teaching, an Introduction to Education’ menjelaskan
Istilah ‘Pendidikan’ berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan
perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang
baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam
masyarakat.
Ibnu Muqaffa
(salah seorang tokoh bangsa Arab yang hidup tahun 106 H- 143 H, pengarang Kitab
Kalilah dan Daminah) mengatakan bahwa : “Pendidikan itu ialah yang kita
butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita
seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai
peradaban yang tinggi yang merupakan santaan akal dan rohani.”
Plato (filosof
Yunani yang hidup dari tahun 429 SM-346 M) menjelaskan bahwa Pendidikan itu
ialah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu
yang memungkinkan tercapainya kesemurnaan.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, tentang Pengertian
Pendidikan , yang berasal dari kata "didik", Lalu kata ini mendapat
awalan kata "me" sehingga menjadi "mendidik" artinya
memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan
adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Dari beberapa Pengertian
Pendidikan diatas dapat disimpulkan mengenai Pendidikan, bahwa
Pendidikan merupakan Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar
anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang
lain” (Langeveld).
2.
tUJUAN PENDIDIKAN
a. Tujuan
pendidikan nasional
Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan
pendidikan yang paling tinggi dari hirerarkis tujuan pendidikan yang ada, yang
bersifat ideal dan umum yang dikaitkan dengan falsafah pancasila. Menurut
undang-undang no.2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional, tujuan
pendidikan nasional adalah untuk menciptakan manusia Indonesia yang beriman dan
bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesahatan jasmani dan rohani, keperibadian yang
mantap, mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
(uu no.2 tahun 1989)
Tujuan pendidikan nasional menurut uu no.2 tahun
1989 pada dasarnya untuk membentuk anak didik menjadi manusia yang seutuhnya,
yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi serta beriman dan bertaqwa atau
dikenal juga untuk membentuk manusiapancaslais.
b. Tujuan
institusional
Tujuan institusional merpakan tindak lanjut dari
tujuan pendidikan nasional. System pendidikan di Indonesia memiliki jenjang
yang melembaga pada suatu tingkatan. Tiap lembaga memiliki tujuan pendidikan
ang disebut tujuan institusional, sehingga dikenal bermacam-macam tujuan
institusional, antara lain:tujuan institusional SD/MI, SMP/MTs, SMU/MA/SMK,
universitas/akademi/IAIN/STAIN, dan lain sebagainya.Keberadaan tujuan
pendidikan meski menggambarkan kelanjutan dan memiliki relevansi yang kuat
dengan tujuan pendidikan nasional.
Agar tidak terjadi penyimpangan maka tiap tujuan
institusional mesti didahului dengan pengertian pendidikan,dasar pendidikan,
tujuan pendidikan nasional, dan tujuan umum lembaga yang dimaksud.
c. Tujuan
kurikuler
Tujuan kurikuler merupakan tindak lanjut dari tujuan
instruksional. Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan dari suatu lembaga
pendidikan maka isi pengajaran yang telah disusun diharapkan dapat menunjang
tercapainya tujuan pendidikan. Suatulembaga pendidikan memiliki tujuan
kurikuler yang biasanya dapat dilihat dari GBPP dari suatu bidang study, dari
GBPP (garis-garis program pengajaran) tersebutterdapat suatu tujuan kurikulum
yang perlu dicapai oleh anak didik setelah ia menyelesaikan pendidikanya.Hal
lain yang perlu diperhatikan bahwa tujuan kurikuler meski mencerminkan sebagai
tindak lanjut dari tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional,
sehingga penjabaran tujuan institusional dan tujuan pendidikan nasional meski
menggambarkan tujuan kurikuler. Sehingga akan terlihat jelas hubungan hirarkis
dari ketiga tujuan pendidikan tersebut.
d. Tujuan
instruksional
Tujuan instruksional merupakan tujuan akhir dari
tiga tujuan yang telah ditemukan terdahulu. Tujuan ini bersifat operasional,
yakni diharapkan dapat tercapai pada saat terjadinya proses belajar mengajar
yang terjadi langsung dan terjadi setiap hari. Untuk mencapai tujuan-tujuan
instruksional ini biasanya seorang pendidik atau guru perlu membuat satuan
pembelajaran(SP)tujuan instruksional ini dalamupaya mencpai tujuanya sangat
ditemukan oleh kondisi proses belajar mengajar yang ada, antara lain:
kompetensi pendidik, fasilitas belajar, anak didik, metode,lingkungan, dan
factor yang lain
3.
ASAS
ASAS PENDIDIKAN
Pengertian Asas Pendidikan
Ketentuan
yg harus dipedomani atau menjadi pegangan dlm melaksanakan pendidikan agar
tercapai tujuannya
·
Macam-macam
Asas Pendidikan
ü Ing Ngarsa sung tuladha, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani (kalau didepan pendidik memberi contoh,
kalau ditengah memberi dorongan, dan kalau dibelakang memberikan pengaruh yg
baik menuju hal yg baik)
ü Pendidikan Sepanjang Hayat (long life
education), bhw pend dimulai sejak lahir sampai mati
ü Asas Semesta, menyeluruh &
Terpadu artinya pendidikan di Indonesia terbuka bagi seluruh rakyat, berlaku di
seluruh wilayah negara, serta mencakup semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan serta saling berkaitan antara usaha pendidikan dengan pembangunan
ü Asas Manfaat, bhw pendidikan baik
dalam keluarga, sekolah maupun luar sekolah harus dilaksanakan dengan mengingat
asas kemanfaatan bagi masa depan
ü Asas usaha bersama, menekankan
pada kebersamaan, baik pelaksanaan maupun tanggungjawab antara keluarga,
sekolah dan masyarakat (tri pusat pendidikan)
ü Asas Demokratis, pendidikan harus
dilaksanakan dalam suasana dan hubungan yg proporsional antara pendidik dan si
terdidik
ü Asas Adil dan Merata, asas yg
diterapkan dalam menghadapi situasi yang beraneka ragam
ü Asas perikehidupan dalam
keseimbangan
ü Asas kesadaran hukum
ü Asas kepercayaan pada diri
sendiri, bhw pendidik dan si terdidik harus memiliki kepercayaan pada diri
sendiri agar masing-masing tidak ragu-ragu dalam melaksanakan tugasnya.
ü Asas efisiensi dan efektivitas, asas
yang menghendaki pendidikan memiliki kehematan dalam keberhasilan serta hasil
guna yang tinggi
ü Asas mobilitas, dalam mendidik
harus aktif, kreatif, trampil, lincah dan bersahaja.
ü Asas fleksibilitas, dalam
mendidik kita harus bersikap fleksibel baik dalam materi ajar maupun dalam hal
caranya.
A. Pengertian dan Fungsi Lingkungan
Pendidikan
ü
Manusia
memiliki kemampuan yang bisa dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu
terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial manusia secara efektif dan efisien itulah yang disebut
pendidikan. Sedangkan latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut
lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan, yaitu
keluarga, sekolah, dan masyarakat (Umar Tirtaraharja et. al., 1990:39-40 dalam
Tirtarahardja, 2005:163).
ü
Menurut
Sartain (ahli psikologi Amerika) dalam (Hartoto, 2008) yang dimaksud lingkungan
meliputi kondisi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi
tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes. Lingkungan
sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan
(pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga, dll) dinamakan
lingkungan pendidikan (Hartoto, 2008).
ü
Lingkungan
pendidikan merupakan salah satu unsur di dalam pendidikan sebagai sebuah sistem
(Nurchotimah, 2009). Menurut Kosim (2008), lingkungan pendidikan adalah suatu
institusi atau kelembagaan dimana pendidikan itu berlangsung. Menurut
Mudyahardjo (2008:3), lingkungan pendidikan adalah pendidikan berlangsung dalam
segala lingkungan hidup, baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan
pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya. Jadi, lingkungan pendidikan
adalah suatu unsur dalam pendidikan berupa tempat, keadaan, alat, peristiwa,
orang, benda yang berhubungan dengan pendidikan dan menunjang proses belajar
mengajar hingga terwujudnya tujuan pendidikan.
ü
Lingkungan
pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan, sebab lingkungan
pendidikan tersebut berfungsi menunjang terjadinya proses belajar mengajar
secara aman, nyaman, tertib, dan berkelanjutan (Kosim, 2008). Secara umum
fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan
yang tersedia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal (Hartoto,
2008).
ü
Tujuan
pendidikan menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang UU SISDIKNAS Pasal 3 yaitu
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggungjawab. Dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan,
pendidikan formal, nonformal, dan informal sangat berpengaruh. Ketiga
pendidikan tersebut tergolong jalur pendidikan. Jalur pendidikan adalah wahana
yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses
pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan (UU RI No. 20 tahun 2003
tentang UU SISDIKNAS Pasal 1 ayat 8).
ü
Menurut
UU RI No. 20 tahun 2003 tentang UU SISDIKNAS Pasal 1 ayat 11-13, pendidikan
formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formalyang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan pendidikan informal
adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
ü
Lingkungan
disini dapat berupa masyarakat. Masyarakat akan dapat berfungsi dengan
sebaik-baiknya jika setiap individu belajar berbagai hal, baik pola-pola
tingkah laku umum maupun peranan yang berbeda-beda. Untuk itu proses pendidikan
harus berfungsi untuk mengajarkan tingkah laku umum dan untuk menyeleksi dan
menyiapkan individu untuk peranan-peranan tertentu.
ü
Pelaksanaan
pendidikan dilakukan melalui tiga kegiatan yaitu membimbing, mengajar, dan
melatih (Ayat 1 Pasal 1 UU RI No. 2/1989 dalam Tirtarahardja, 2005:165).
Meskipun ketiga kegiatan itu pada hakikatnya tri tunggal, namun dapat dibedakan
aspek tujuan pokok dari ketiganya yaitu:
1.
Membimbing,
berkaitan dengan pemantapan jati diri dan pribadi dari segi-segi perilaku umum
(aspek afektif).
2.
Mengajar,
berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan (aspek kognitif).
3.
Melatih,
berkaitan dengan keterampilan dan kemahiran (aspek psikomotorik).
Pemantapan
ketiga sisi tujuan pendidikan itu yakni manusia yang sadar akan harkat dan
martabatnya, menguasai ilmu pengetahuan, dan memiliki suatu
spesialisasi/keterampilan tertentu, yang disebut sebagai manusia seutuhnya. Di
masa depan ketiga sisi itu sangat penting karena harus mampu menyesuaikan diri
dengan era globalisasi dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan
dari segi lain, harus mampu memenangkan persaingan yang semakin ketat dan
tampil sebagai yang unggul dalam bidang spesialisasinya. Karena itu peningkatan
fungsi ketiga lingkungan pendidikan, baik secara sendiri-sendiri maupun secara
bersama-sama akan sangat penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang
bermutu.
B. Tripusat Pendidikan
Kehidupan
manusia merupakan kehidupan yang terintegrasi dan kontinyu serta tidak dapat
dilepaskan antara satu dengan lainnya. Manusia sepanjang hidupnya akan selalu
menerima pengaruh dari lingkungan pendidikan. Ki Hajar Dewantara misalnya
memperkenalkan dengan istilah tripusat pendidikan; yang dimaksud adalah
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, dimana anak mendapatkan pendidikannya
(Soelaeman, 1988).
1. Keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan pendidikan pertama dan terpenting. Dikatakan pertama
karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan didikan dan
bimbingan. Dikatakan terpenting karena sebagian besar dari kehidupan anak
adalah dalam keluarga. Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima oleh
anak adalah dalam keluarga (Indrakusuma, 1973:109).
Hartoto (2008)
mendefinisikan keluarga sebagai berikut:
Keluarga
merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama
dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua
bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar
tumbuh adn berkembang dengan baik.
Keluarga merupakan pengelompokan primer
yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan sedarah. Keluarga dapat
berbentuk keluarga inti (nucleus family: ayah, ibu dan anak), ataupun keluarga
yang diperluas (disamping inti, ada orang lain: kakek/nenek, adik/ipar,
pembantu, dan lain-lain).
Tugas utama
keluarga bagi pendidikan anak adalah meletakkan dasar-dasar pendidikan akhlak
dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil
dari kedua orangtuanya dan anggota keluarga yang lain. Faktor-faktor dalam
keluarga yang mempengaruhi tumbuh kembangnya anak, seperti kebudayaan, tingkat
kemakmuran, keadaan perumahannya, dan sebagainya. Dengan kata lain, tumbuh
kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarganya.
Perkembangan
kebutuhan dan aspirasi individu maupun masyarakat, menyebabkan peran keluarga
tehadap pendidikan anak-anaknya juga mengalami perubahan. Dengan meningkatnya
kebutuhan dan aspirasi anak, maka keluarga pada umunya tidak mampu memenuhinya.
Oleh karena itu, sebagian dari tujuan pendidikan itu akan dicapai melalui jalur
pendidikan formal ataupun nonformal (kursus, kelompok belajar, dan sebagainya).
Dalam UU RI No.
20 tahun 2003 tentang UU SISDIKNAS Pasal 7 ayat 2 disebutkan bahwa orang tua
dari anak usia wajib belajar, berkewajiban memberikan pendidikan dasar kepada
anaknya. Dari penjelasan tersebut dapat di ketahui bahwa orang tua atau
keluarga sangat berperan untuk mendidik anak dalam hal agama, budaya, dan
moral. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang sempurna sifat dan wujudnya
untuk melangsungkan pendidikan ke arah pembentukan pribadi yang utuh, tidak
hanya bagi anak-anak tetapi juga bagi para remaja.
Maraknya seorang
ayah dan ibu (khususnya) yang bekerja di luar rumah mengharuskan mereka berada
di luar rumah dalam beberapa jam hampir setiap hari kerja. Peran pemeliharaan
fisik mungkin dapat dilakukan oleh orang lain, namun peran edukatif dari ibu
sukar disubtitusi oleh orang lain, utamanya pembantu rumah tangga.
Kecenderungan lain adalah berkembangnya lembaga pendidikan prasekolah pada jalur
luar sekolah seperti kelompok bermain dan penitipan anak.
Di masa depan,
peran pembantu rumah tangga dalam pendidikan keluarga maupun fungsi edukatif
dari kelompok bermain dan penitipan anak perlu mendapat perhatian, agar dapat
diyakinkan kontribusinya dalam mewujudkan sumber daya manusia yang bermutu.
Keluarga juga seharusnya mendukung program-program lingkungan pendidikan
lainnya (kelompok bermain, penitipan anak, sekolah, kursus/kelompok belajar,
organisasi pemuda, dan lain sebagainya).
Keikutsertaan keluarga
itu dapat pada tahap perencanaan, pemantauan dalam pelaksanaan, maupun dalam
evaluasi dan pengembangan, dan dengan berbagai cara (daya, dana, dan
sebagainya). Tidak kalah pentingnya dalam upaya koordinasi dan keserasian antar
ketiga pusat pendidikan itu. Oleh karena itu, untuk memperbaiki keadaan
masyarakat seperti itu perlu adanya perbaikan dalam pendidikan keluarga.
2. Sekolah
Di antara tiga
pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana secara sengaja dirancang untuk
melaksanakan pendidikan. Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh
orangtua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan. Keluarga tidak
mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap
IPTEK. Semakin maju masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam
mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan
masyarakatnya itu.
Sekolah
seharusnya menjadi pusat pendidikan untuk menyiapkan manusia Indonesia sebagai
individu, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia di masa depan.
Sekolah yang demikianlah yang diharapkan mampu melaksanakan fungsi pendidikan
secara optimal, yakni mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan
dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
Sekolah sebagai
pusat pendidikan adalah sekolah yang mencerminkan masyarakat maju karena
pemanfaatan secara optimal ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi tetap
berpijak pada ciri keindonesiaan. Dengan demikian, pendidikan di sekolah
seharusnya secara seimbang dan serasi menjamah aspek pembudayaan, pengusaan
pengetahuan, dan pemilikan keterampilan peserta didik. Suatu alternatif yang
mungkin dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah, antara lain:
a. Pengajaran yang Mendidik
Pengajaran ini
secara serentak memberi peluang pencapaian tujuan instruksional bidang studi
dan tujuan-tujuan umum pendidikan lainnya. Mendidik tidak cukup hanya dengan
memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan saja namun pendidik juga
menanamkan kepada anak nilai-nilai dan norma-norma susila yang tinggi dan
luhur. Hal itu dapat terlaksana dengan efisien dan efektif apabila pendidik
mempunyai wawasan kependidikan yang mantap serta menguasai berbagai strategi
belajar mengajar.
Dalam upaya
mewujudkan pengajaran yang mendidik, perlu pula dikemukakan bahwa setiap
keputusan dan tindakan guru dalam rangka kegiatan belajar mengajar akan membawa
berbagi dampak atau efek kepada siswa, baik efek instruksional (instructional
effect) yang merupakan efek langsung dari bahan ajaran yang menjadi isi pesan
dari belajar mengajar, maupun efek pengiring (nuturant effect) yang merupakan
efek tidak langsung dari bahan ajaran dan atau pengalaman belajar yang dihayati
oleh siswa sebagai akibat dari strategi belajar mengajar yang menjadi landasan
dari kegiatan belajar mengajar tersebut. Baik efek instruksional maupun efek
pengiring merupakan hal yang sangat penting dalam setiap kegiatan belajar
mengajar, yang harus mendapat perhatian yang seimbang oleh setiap guru dalam
perancangan dan pelaksanaan program belajar mengajar (Sulo Lipu La Sulo, 1990:
55-54 dalam Tirtarahardja, 2005:175).
Dengan demikian,
pemilihan kegiatan belajar mengajar yang tepat, baik ditinjau dari efek
instruksional maupun efek pengiring, akan memberikan pengalaman belajar siswa
yang efisien dan efektif untuk mewujudkan pengembangan manusia Indonesia
seutuhnya.
b. Peningkatan
dan pemantapan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan (BP) di sekolah,
agar program edukatif ini tidak hanya menjadi komplemen yang setara dengan
program pengajaran serta program-program lainnya di sekolah. Seperti diketahui,
bidang garapan BP adalah perkembangan pribadi peserta didik, khususnya aspek
sikap dan perilaku atau kawasan efektif. Pengembangan kepribadian ke arah
penyadaran jati diri sebagai manusia Indonesia merupakan sisi lain dari tujuan
pendidikan, di samping penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan
afektif dapat diawali dengan kajian tentang nilai dan sikap yang seharusnya
dikejar lebih jauh dalam perwujudannya melalui perilaku sehari-hari, khusunya
selama berada di sekolah. Sekolah seharusnya dikembangkan menjadi pusat
pendidikan dan kebudayaan yang mencerminkan suatu masyarakat Pancasilais.
c. Pengembangan
perpustakaan sekolah menjadi suatu pusat sumber belajar (PSB), yang mengelola
bukan hanya bahan pustaka tetapi juga sumber belajar lainnya, baik sumber
belajar yang dirancang maupun yang dimanfaatkan. Dengan kedudukan sebagai PSB
diharapkan perannya akan lebih aktif dalam mendukung program pengajaran, bahkan
dapat berperan sebagai “mitra kelas” dalam upaya menjawab tantangan
perkembangan iptek yang semakin cepat. Pengembangan PSB itu dapat dilakukan
secara bertahap sehingga pada akhirnya dapat berperan ganda yakni sebagai
“mitra kelas” dalam proses belajar mengajar dan tempat pengkajian berbagai
pengembangan sistem instruksional. Suatu PSB yang memadai akan dapat mendorong
siswa dan warga sekolah lainnya untuk belajar mandiri.
d. Peningkatan
dan pemantapan program pengelolaan sekolah, khususnya yang terkait dengan
peserta didik, pengelolaan sekolah sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan
seharusnya merupakan refleksi dari suatu masyarakat Pancasilais sebagaimana
yang dicita-citakan dalam tujuan nasional. Iklim kehidupan di sekolah
mencerminkan kehidupan masyarakat yang dicita-citakan yakni masyarakat
demokratis yang dinamis dan terbuka.
Demikianlah
beberapa alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan fungsi sekolah
sebagai salah satu pusat pendidikan.
3. Masyarakat
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan
dapat ditinjau dari tiga segi, yakni:
a.
Masyarakat
sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan maupun yang tidak
dilembagakan.
b.
Lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun
tidak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
c.
Dalam
masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by design)
maupun yang dimanfaatkan (utility).
Fungsi
masyarakat sebagai pusat pendidikan sangat tergantung pada taraf perkembangan
dari masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di dalamnya.
Terdapat sejumlah lembaga kemasyarakatan dan atau kelompok sosial yang
mempunyai peran dan fungsi edukatif yang besar, antara lain: kelompok sebaya,
organisasi kepemudaan, organisai keagamaan, organisasi politik, media massa,
dan sebagainya. Lembaga atau kelompok sosial tersebut pada umumnya memberikan
kontribusi bukan hanya dalam proses sosialisasi, tetapi juga dalam peningkatan
pengetahuan dan keterampilan anggotanya.
Setelah
keluarga, kelompok sebaya mungkin paling besar pengaruhnya terhadap pembentukan
kepribadian, terutama pada saat anak berusaha melepaskan diri dari pengaruh
kekuasaan orang tua. Pada masa peralihan ini sering terjadi konflik antara
orang tua dan anak. Yang dimaksud kelompok sebaya (peers group) adalah suatu
kelompok yang terdiri orang-orang yang bersamaan usianya, antara lain: kelompok
bermain pada masa kanak-kanak, kelompok monoseksual yang hanya beranggotakan
anak-anak sejenis kelamin, atau gang yaitu kelompok anak-anak nakal. Dampak
edukatif dari keanggotaan kelompok sebaya itu antara lain karena interaksi
sosial yang intensif dan dapat terjadi setiap waktu, dan dengan melalui
peniruan (model) serta mekanisme penerimaan/penolakan kelompok. Terdapat
beberapa fungsi kelompok sebaya terhadap anggotanya (Wayan Ardhana, 1968: Modul
5/19 dalam Tirtarahardja, 2005:181) antara lain:
a)
Mengajar
berhubungan dan menyesuaikan diri dengan orang lain.
b)
Memperkenalkan
kehidupan masyarakat yang lebih luas.
c)
Menguatkan
sebagian dari nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat orang dewasa.
d)
Memberikan
kepada anggota-anggotanya cara-cara untuk membebaskan diri dari penguasaan
kekuasaan otoritas.
e)
Memberikan
pengalaman untuk mengadakan hubungan yang didasarkan pada prinsip permasaan
hak.
f)
Memberikan
pengetahuan yang tidak bisa diberikan oleh keluarga secara memuaskan
(pengetahuan mengenai cita rasa berpakaian, musik, jenis tingkah laku tertentu,
dan lain-lain).
g)
Memperluaskan
cakrawala pengalaman anak, sehingga ia orang yang lebih kompleks.
Organisasi kepemudaan pada umumnya
mempunyai prinsip dasar yang sama yakni menyalurkan hasrat kelompok pemuda
kepada hal-hal yang berguna. Organisasi ini mempunyai berbagai jenis latar
belakang yang berbeda, seperti sosial-edukatif (OSIS, PMR, Pramuka, dan
sebagainya), sosial keagamaan, sosial-politik dan lain sebagainya. Disamping
penambahan pengetahuan dan keterampilan, organisasi kepemudaan tersebut
terutama sangat bermanfaat dalam membantu proses sosialisasi serta
mengembangkan aspek afektif dari kepribadian (kejujuran, disiplin, tanggung
jawab, dan kemandirian).
Peranan organisasi keagamaan pada
umumnya sangat penting karena berkaitan dengan keyakinan agama. Organisasi ini
menyediakan pendidikan bagi anak-anaknya, yakni:
a)
Mengajarkan
keyakinan serta praktek-praktek keagamaan dengan cara memberikan
pengalaman-pengalaman yakng menyenangkan bagi mereka.
b)
Mengajarkan
kepada mereka tingkah laku dan prinsip-prinsip moral yang sesuai dengan
keyakinan-keyakinan agamanya.
c)
Memberikan
model-model perkembangan bagi watak.
CERITA DEWASA SEX
BalasHapusCERITA SEX MESUM TERBARU
CERITA SEX
CERITA SEX DEWASA
CERITA SEX MESUM
CERITA MESUM PERAWAN
RESEP MASAKAN NUSANTARA
Beguyur Basah
RESEP MASAKAN NUSANTARA
Cerita Dewasa :
CERITA SEKS DENGAN FITRI
CERITA SEX NGENTOT JABLAY
CERITA MESUM DENGAN SEKRETARIS
CERITA SEX DEWASA DENGAN IBU KANDUNG
CERITA NGENTOT WANITA CANTIK
CERITA SEDARAH NGENTOT ADIK IPAR
CERITA SEX NGENTOT ANAK KANDUNG
CERITA PANAS EMPAT MATA
CERITA NGENTOT TIGA MALAM
Cerita Sex Dokter Ngentot Pasien
Video Bokep Anak SMP Mesum Di Kamar
Cerita Sex Memperkosa Cewek Cantik
Cerita Sex Terbaru Setengah Baya
Cerita Sex Ngentot Perawan ABG
Cerita Dewasa Persetubuhan Cinta Terlarang
CERITA SEX PEMERKOSAAN
CERITA DEWASA GILA SEX
Video Bokep Terbaru
Video Bokep Online Ngentot Perawan
Resep Masakan :
Resep Cara Membuat Kue Bolu Karamel Sarang Semut
Resep Cara Membuat Tumis Pare Tahu
Resep Cara Membuat Rainbow Cake Kukus
Resep Cara Membuat Kue Mendut Kacang Hijau
Resep Kue Kering Selai Kacang Terbaru
mardin
BalasHapuserzincan
kars
antep
çorum
UED0