BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Filosofi pendidikan merupakan
kerangka landasan yang sangat fundamental bagi sistem pendidikan
dan para pendidik. Kerangka filosofis
memberikan gambaran tentang cara pandang guru terhadap pendidikan
itu sendiri (termasuk didalamnya kurikulum, tujuan pendidikan dan isi
pendidikan), anak didik dan proses pembelajaran. Kerangka filosofis harus
menjadi kerangka berpikir guru atau mind set guru dalam menyelenggarakan
praksis pembelajaran.
Adapun
landasan pedagogis memberikan sejumlah pemahaman
konseptual dan praktis tentang bagaimana proses pendidikan
itu terjadi dalam berbagai lingkungan, termasuk didalamnya adalah pola
pengasuhan anak, model pembelajaran, metode pembelajaran dan teknik
pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar, penyusunan langkah
pembelajaran dan penilaian yang mendidik. Dari sudut filosofis pendidikan, banyak ragam konsep
cara pandang pelaksanaan pendidikan yang digagas oleh para filosof.
Pandangannya tentang hakikat
pengetahuan menyatakan bahwa pengetahuan yang benar diperoleh melalui intuisi
dan pengingatan kembali. Pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti,
tidak lengkap, karena dunia materi hanyalah tipuan belaka, sifatnya maya, dan
menyimpang dari keadaan lingkungan yang lebih sempurna. Kebenaran hanya mungkin
dapat dicapai oleh beberapa orang yang mempunyai akal pikiran cemerlang, dan
sebagian besar manusia hanya sampai pada tingkat pendapat. Sehubungan dengan
teori pengetahuannya, intelek dan akal memegang peranan yang sangat
penting atau menentukan proses belajar mengajar, karena menurut
aliran ini manusia akan dapat memperoleh pengetahuan dan kebenaran sejati.
Dengan demikian pengetahuan yang diajarkan di sekolah harus bersifat
intelektual.
BAB II
PEMBAHSAN
A.
Dasar Filsafat Pendidikan Di PAUD
Untuk mendukung mewujudkan anak usia
dini yang berkualitas, maju, mandiri, demokrasi, dan
berprestasi, maka filsafat pendidikan di TPA
dapat dirumuskan menjadi: Tempa, Asah, Asih, Asuh.
1. Tempa
Yang dimaksud dengan
tempa adalah untuk mewujudkan kualitas fisik anak usia dini
melalui upaya pemeliharaan kesehatan, peningkatan
mutu gizi, olahraga yang teratur dan terukur,
serta aktivitas jasmani sehingga anak memiliki fisik
kuat, lincah, daya tahan dan disiplin tinggi.
2. Asah
Asah berarti memberi dukungan kepada anak untuk dapat belajar melalui bermain agar memiliki pengalaman yang berguna dalam mengembangkan seluruh potensinya. Kegiatan bermain yang bermakna, menarik, dan merangsang imajinasi, kreativitas anak untuk melakukan, mengekplorasi, memanipulasi, dan menemukan inovasi sesuai dengan minat dan gaya belajar anak.
Asah berarti memberi dukungan kepada anak untuk dapat belajar melalui bermain agar memiliki pengalaman yang berguna dalam mengembangkan seluruh potensinya. Kegiatan bermain yang bermakna, menarik, dan merangsang imajinasi, kreativitas anak untuk melakukan, mengekplorasi, memanipulasi, dan menemukan inovasi sesuai dengan minat dan gaya belajar anak.
3. Asih
Asih pada dasarnya
merupakan penjaminan pemenuhan kebutuhan anak
untuk mendapatkan perlindungan dari pengaruh
yang dapat merugikan pertumbuhan dan perkembangan,
misalnya perlakuan kasar, penganiayaan fisik dan mental dan
ekploitasi.
4. Asuh
Melalui pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk membentuk perilaku dan kualitas kepribadian dan jati diri anak dalam hal:
Melalui pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk membentuk perilaku dan kualitas kepribadian dan jati diri anak dalam hal:
a.
Integritas, iman, dan taqwa;
b.
Patriotisme, nasionalisme dan kepeloporan;
c.
Rasa tanggung jawab, jiwa kesatria, dan sportivitas;
d.
Jiwa kebersamaan, demokratis, dan tahan uji;
e.
Jiwa tanggap (penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi), daya kritis dan
idealisme;
f.
Optimis dan keberanian mengambil resiko;
g.
Jiwa kewirausahaan, kreatif dan profesional.
1. Prinsip Umum Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini yang diterapkan dalam
program TPA didasarkan atas prinsip-prinsip berikut:
1.
Berorientasi pada kebutuhan anak.
2.
Sesuai dengan perkembangan anak.
3.
Sesuai dengan keunikan setiap individu.
4.
Kegiatan belajar dilakukan melalui bermain.
5.
Anak belajar dari yang konkrit ke abstrak, dari yang sederhana ke yang
kompleks, dari gerakan ke verbal, dan dari diri sendiri ke sosial.
6.
Anak sebagai pembelajar aktif.
7.
Anak belajar melalui interaksi sosial
8.
Merangsang munculnya kreativitas dan inovatif.
9.
Mengembangkan kecakapan hidup anak.
10.
Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan
sekitar.
11.
Anak belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya.
12.
Melibatkan peran serta orangtua yang bekerja sama dengan para pendidik di
lembaga PAUD.
13.
timulasi pendidikan bersifat menyeluruh yang
mencakup semua aspek perkembangan.
2. Berikut penjelasan prinsip-prinsip dimaksud:
1.
Berorientasi pada kebutuhan anak.
Pada dasarnya setiap anak memiliki kebutuhan
dasar yang sama, seperti kebutuhan fisik, rasa
aman, dihargai, tidak dibeda-bedakan, bersosialisasi, dan kebutuhan untuk
diakui. Anak tidak bisa belajar dengan baik apabila dia lapar, merasa tidak
aman/ takut, lingkungan tidak sehat, tidak dihargai atau diacuhkan
oleh pendidik atau temannya. Hukuman dan
pujian tidak termasuk bagian dari kebutuhan
anak, karenanya pendidik tidak menggunakan
keduanya untuk mendisiplinkan atau menguatkan
usaha yang ditunjukkan anak.
2.
Sesuai dengan perkembangan anak.
Setiap usia mempunyai tugas perkembangan yang berbeda, misalnya pada usia 4
bulan pada umumnya anak bisa tengkurap, usia 6 bulan bisa duduk, 10 bulan bisa
berdiri, dan 1 tahun bisa berjalan. Pada dasarnya semua anak memiliki pola
perkembangan yang dapat diramalkan, misalnya anak akan bisa berjalan setelah
bisa berdiri. Oleh karena itu pendidik
harus memahami tahap perkembangan anak dan
menyusun kegiatan sesuai dengan tahapan
perkembangan untuk mendukung pencapaian tahap perkembangan yang lebih
tinggi.
3.
Sesuai dengan keunikan setiap
individu.
Anak merupakan individu yang unik,
masing-masing mempunyai gaya belajar yang
berbeda. Ada anak yang lebih mudah
belajarnya dengan mendengarkan (auditori), ada
yang dengan melihat (visual) dan ada yang harus
dengan bergerak (kinestetik). Anak juga memiliki minat yang berbeda-beda
terhadap alat/ bahan yang dipelajari/digunakan,
juga mempunyai temperamen yang berbeda, bahasa
yang berbeda, cara merespon lingkungan, serta
kebiasaan yang berbeda. Pendidik seharusnya
mempertimbangkan perbedaan individual anak, serta mengakui perbedaan
tersebut sebagai kelebihan masing-masing anak.
Untuk mendukung hal tersebut pendidik harus menggunakan
cara yang beragam dalam membangun pengalaman anak,
serta menyediakan ragam main yang cukup.
4.
Kegiatan belajar dilakukan melalui
bermain.
Pembelajaran dilakukan dengan
cara yang menyenangkan. Melalui bermain anak belajar tentang:
konsep-konsep matematika, sains, seni dan kreativitas, bahasa, sosial, dan lain-lain.
Selama bermain, anak mendapatkan pengalaman untuk
mengembangkan aspek-aspek/nilai-nilai moral, fisik/motorik,
kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni.
Pembentukan kebiasaan yang baik seperti
disiplin, sopan santun, dan lainnya dikenalkan melalui cara
yang menyenangkan.
.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sesuaikan pola asuh dengan situasi,
kondisi, kemampuan dan kebutuhan anak. Polas asuh anak balita tentu akan
berbeda dengan pola asuh anak remaja.. Usahakan anak mudah paham dengan apa
yang kita inginkan tanpa merasa ada paksaan, namun atas dasar kesadaran diri
sendiri.
Komunikasi dilakukan secara terbuka dan
menyenangkan dengan batasan-batasan tertentu agar anak terbiasa terbuka pada
orangtua ketika ada hal yang ingin disampaikan atau hal yang mengganggu
pikirannya. Jika marah sebaiknya orangtua menggunakan ungkapan yang baik dan
tidak langsung yang dapat dipahami anak agar anak tidak lantas menjadi tertutup
dan menganggap orangtua tidak menyenangkan.
B.
Saran
Orang tua menggunakan diskusi, penjelasan dan alasan-alasan yang membantu
anak agar mengerti mengapa ia diminta untuk mematuhi suatu aturan. Orang tua
menekankan aspek pendidikan dari pada aspek hukuman. Hukuman tidak pernah kasar
dan hanya diberikan apabila anak dengan sengaja menolak
perbuatan yang harus ia lakukan. Apabila perbuatan anak sesuai
dengan apa yang patut ia lakukan, orang tua memberikan pujian. Orang tua yang
demokratis adalah orang tua yang berusaha untuk menumbuhkan kontrol dari dalam
diri anak sendiri.
DAFTAR
FUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_anak_usia_dini
http://qeeasyifa.multiply.com/journal/item/61/MEMAHAMI_PENDIDIKAN_ANAK_USIA_DINI
http://www.tabloid-nakita.com/artikel2.php3?edisi=07327&rubrik=topas
http://eldiina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=29&Itemid=1
0 Response to "FILSAFAT PENDIDIKAN PAUD"
Posting Komentar
Komentar anda menyelamatkan kami :)