BAB
I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Membaca
Membaca
adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi
dari sesuatu yang ditulis.
Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan
mendengar adalah 2 cara paling
umum untuk mendapatkan informasi. Informasi yang didapat dari membaca dapat
termasuk hiburan,
khususnya saat membaca cerita fiksi atau humor.
Sebagian besar kegiatan membaca sebagian besar dilakukan dari kertas. Batu atau kapur di sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan komputer dapat pula dibaca.
Sebagian besar kegiatan membaca sebagian besar dilakukan dari kertas. Batu atau kapur di sebuah papan tulis bisa juga dibaca. Tampilan komputer dapat pula dibaca.
Membaca dapat
menjadi sesuatu yang dilakukan sendiri maupun dibaca keras-keras. Hal ini dapat
menguntungkan pendengar lain, yang juga bisa membangun konsentrasi kita
sendiri.
Pada
kesempatan ini, saya mengutip secara bebas beberapa pengertian membaca yang
saya peroleh melalui pembacaan beberapa buku.
a.
Anderson: Membaca adalah melafalkan lambang-lambang
bahasa tulis.
b.
A.S. Broto: Membaca adalah mengucapkan lambang bunyi.
c.
Henry Guntur Tarigan: Membaca adalah proses pemerolehan
pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan.
d.
Poerwodarminto: Membaca adalah melihat sambil
melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya. Dapat
disimpulkan bahwa membaca adalah proses melisankan dan/atau memahami bacaan
atau sumber tertulis untuk memperoleh pesan atau gagasan yang ingin disampaikan
penulisnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Beberapa
Tips/Metode yang bisa digunakan untuk Si anak supaya bisa cepat membaca
1. Tahap Anak Belajar Membaca
Keinginan untuk memiliki anak yang bisa membaca dalam usia dini memang menjadi
dambaan setiap orangtua saat ini. Jangankan menunggu anak duduk di usia SD
terlebih dahulu, belum menginjak usia TK saja banyak orangtua yang sudah
menginginkan anaknya memulai belajar membaca.
Padahal, anak memiliki tahapan usia tersendiri untuk siap bisa menerima
pelajaran. Namun jika sampai menunggu waktu di usia SD, kebanyakan anak menjadi
susah untuk melalui proses belajar membaca jika dibandingkan mereka yang sudah
menerimanya terlebih dahulu di waktu TK.
“Ibu-ibu tahu kan kalau pelajaran itu sebetulnya tidak boleh diberikan waktu
usia belum SD. Ini karena anak punya tingkat kemampuan membaca sehingga harus
bertahap dan tidak boleh dijejelin. Ia harus belajar sesuai dengan pertumubhan
atau fase dimana apa yang harus diberikan kepadanya,” jelas Josua Uktolseja,
Pembimbing Metode Fonem dari Jakarta.
Dalam pertemuannya dengan para orangtua dari siswa yang mengikuti program Fonem
di TK Kinderland Legenda Malaka, Sabtu (11/3) sore, ia menjelaskan dan memberikan
pemahaman sederhana tentang bagaimana pola kembang anak dalam proses belajar
membaca.
“Metode yang selama ini diajarkan di sekolah sebetulnya lebih pada metode
mengahfal dan langsung dikasih banyak. Misalnya baris pertama ba bi be bo bu.
Terus baris kedua sama. Baris ketiga biasanya baru ba ba ba ba ba. Jadi anak
dibiasakan untuk menghafal,” jelas pria yang akrab dipanggil dengan nama Jo
ini.
Lain halnya dengan metode Fonem yang ditemukannya. Menurut Jo, anak diajarkan
cara membaca dengan imajinasi atau simbol. Misalnya huruf B, diartikan sebagai
sumpit dan bakso yang harus dimakan sehingga bisa keluar suara B.
Dalam tingkatan-tingkatan yang dimaksudkan Jo membuat anak memiliki target
pencapaian penguasaan pengenalan huruf dalam beberapa pertemuan. Secara normal
dalam delapan kali pertemuan, anak sudah bisa mengausai L B K H dan vokal A I U
E O. Sedangkan huruf konsonan lainnya dapat dikuasai dalam tingkatan-tingkatan
berikutnya.
Ketika kurang dari delapan kali pertemuan, anak tetap melalui proses membaca.
Namun ketika ia harus membaca dengan huruf yang belum diajarkan kepadanya, ia
akan ditunjukkan dengan gambar bukan huruf. Misalnya kalimat “Bili beli apel”,
kata apel bukan ditulis namun dibaca dengan gambar apel.
Selain itu dalam metode Fonem, para guru yang mendampingi murid telah dibekali
dengan pengetahuan psikologi anak terlebih dahulu. Jadi, anak tetap belajar
namun tidak mengabaikan ketika muncul keinginannya untuk bermain. (ika)
2. Tips
mengajar anak membaca
Sepintas,
pernyataan “ anak balita bisa membaca” rasanya seperti mengada-ada. Betapa
tidak, jangankan anak usia di bawah 5 tahun (balita), untuk mengajar membaca
pada anak yang sudah memasuki usia sekolah (SD) saja bukanlah pekerjaan yang
mudah bagi guru, begitu pula bagi orang tua saat mengajar si anak membaca
permulaan. Selanjutnya anak yang sudah melewati kelas 4 SD pun masih ada yang
belum lancar membaca.
Mengajar anak
apalagi masih usia dini atau balita membaca perlu kesungguhan dan kesabaran
dari pihak guru maupun orangtua. Walau demikian kondisinya, masih banyak
orangtua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah.
Kurang banyaknya peran orangtua bukanlah alasan bagi guru untuk tidak mencari
upaya menolong anak agar cepat bisa membaca dengan lancar. Tentu menjadi suatu
kewajiban bagi seorang guru tetap belajar dan menambah wawasannya dengan
berbagai cara.
Orangtua pun
sebaiknya ikut belajar bagaimana caranya agar anak cepat bisa membaca dengan baik. Kalau sudah bisa
membaca, hendaknya juga bisa menjadikan buku sebagai kebutuhan rutin yang
diberikan kepada anak. Harus disadari, pertama-tama yang bertanggung jawab soal
pendidikan anak (apalagi balita) adalah orangtua atau keluarga.
Buku-buku
yang memuat hasil temuan, teori-teori, atau teknik-teknik pembelajaran
sepantasnyalah menjadi “santapan” bagi guru. Kalau tidak, mutu pendidikan kita
akan terus merosot sebagai akibat dari kurangnya minat baca para guru. Bagi
guru, membaca buku-buku itu tentu bisa dijadikan ajang untuk mengembangkan
wawasan, pengetahuan, dan kompetensinya dalam kegiatan belajar-mengajar. Bagi
orangtua, tampaknya pengetahuan ini sangat bermanfaat dalam menumbuhkan
minat-baca anak pada usia dini. Kalau minat baca anak sudah tumbuh dengan baik
tinggal mengarahkan sesuai dengan bakat dan minatnya.
Bukan Mengeja
Sehubungan
dengan itu, ada teori yang layak diketahui oleh guru dan orangtua. Glenn
Doman mendapatkan teori dari banyaknya ia berkecimpung membantu anak-anak
yang mengalami kerusakan otak. Hasil penelitiannya ternyata juga dapat
diterapkan untuk membuat anak normal menjadi lebih cerdas. Salah satunya,
mengajarkan keterampilan membaca untuk anak balita atau anak di bawah 5 tahun.
Menurut
Glenn, ketrampilan membaca sudah bisa diajarkan pada balita, bahkan lebih
efektif daripada sudah memasuki usia sekolah (6 tahun). Dalam penelitiannya
dikemukakan bahwa anak umur 4 tahun lebih efektif daripada umur 5 tahun. Umur 3
tahun lebih mudah daripada 4 tahun. Jelasnya, makin kecil makin mudah untuk
diajar — tentu dalam batas anak mulai bisa bicara.
Glenn juga
berpendapat, balita bisa menyerap informasi secara luar biasa. Semakin muda
umur anak, semakin besar daya serapnya terhadap informasi baru. Belajar bagi
anak adalah sesuatu yang mengasyikkan. Karena belajar mengasyikkan, maka ia
bisa menguasai lebih cepat.
Menurut
Glenn, mengajar balita membaca bukan dengan mengeja seperti cara konvensional
di sekolah — dimulai pengenalan nama huruf, kemudian mengenal suku kata,
barulah mengenal kata, akhirnya kalimat. Glenn berteori, mengajar balita
membaca adalah dengan cara mengenalkan satu kata yang bermakna dan kata itu
sudah akrab pada pikiran anak atau sudah sering didengar dalam keseharian.
Misalnya,
anak sudah biasa makan pisang. Tentunya anak balita itu sudah biasa mendengar
kata “pisang”. Kemudian kita ingin mengajar anak agar ia bisa membaca kata
“pisang”. Menurut Glenn, anak tak perlu lagi menghapal huruf p, i, s, a, ng,
atau suku kata pi dan sang yang masing-masing tidak bermakna. Jadi, bayi
langsung diajar membaca kata “pisang” pada kartu yang sudah disiapkan.
Untuk
mengajar anak balita membaca, diperlukan kartu-kartu kata yang tercetak cukup
besar dan ditunjukkan secara cepat kepada anak, sekaligus dengan pisang yang
biasa dimakan. Anak akan menangkap apa yang dikatakan orangtuanya dan
menghubungkannya dengan tulisan yang ditunjukkan kepadanya. Demikian juga kata
yang lain, kata-kata yang sudah akrab dengan si anak beserta benda yang diacu.
Semuanya dibuatkan kartu-kartunya.
Teori Glenn
ini diterapkan dengan pemikiran bahwa membaca adalah fungsi otak, sedangkan
mengajar membaca dengan mengeja huruf (cara konvensional di sekolah) diikat
oleh kaidah atau aturan bahasa. Aturan-aturan bahasa ini malah memperlambat
keterampilan anak membaca. Dengan teori Glenn, anak diajar melihat tulisan
seperti halnya melihat gambar. Rangkaian kata bagi si anak adalah suatu simbol
dari benda yang diucapkan si ibu atau si ayah yang membacakannya. Selanjutnya,
karena makin hari jumlah kata dan benda yang dikuasai makin banyak, maka
tulisan kata dalam kartu makin ditambah pula.
Glenn memberi
catatan, mengajar bukan menjadi suatu beban, melainkan hak istimewa bagi
orangtua. Anak adalah prioritas yang penting dalam keluarga. Kegiatan
belajar membaca perlu diulang-ulang beberapa kali (15 hingga 25 kali),
lalu kartu yang lama diganti dengan kartu yang baru. Saat mengajar, anak maupun
orangtua harus dalam kondisi mood yang baik dan suasana yang menyenangkan.
Durasi membacanya juga harus sangat cepat, hanya sekilas-sekilas saja dan harus
segera berhenti sebelum anak ingin berhenti. Jangan mencoba untuk
memberi tes karena anak tidak suka dites. Suasana pembelajaran membaca
pun mesti penuh dengan keramahan dan kehangatan.
3. METODE FASIH, cara mudah & cepat
belajar membaca
Jangan heran kalau anak anda tiba-tiba bisa membaca dalam
waktu yang sangat singkat. Karena sekarang sudah ditemukan metodanya. Faktanya,
anak dapat membaca dengan lancar hanya membutuhkan waktu 360 menit belajar.
Yang lebih dahsyat lagi kelancaran membaca itu tidak perlu ditempuh secara
susah payah atau ngoyo. Cukup belajar secara santai saja, tapi hasilnya sangat
mengherankan.
Namanya Metoda Fasih. inilah sebuah cara baru yang sangat
menyenangkan dalam belajar membaca. Menyenangkan bagi anak, menyenangkan bagi
pengajar dan menyenangkan bagi orang tua. Kecanggihan metoda ini justru
terletak pada simplicity - kesederhanaannya. Belajar membaca sebenarnya
bukanlah hal yang sederhana, justru suatu hal yang rumit bahkan lebih rumit
dari belajar ilmu fisika bagi mahasiswa. Letak kerumitannya adalah karena
subyek pembelajarnya adalah seorang anak kecil dengan segala keterbatasannya
dibandingkan seorang mahasiswa. Masalah konsentrasi, masalah kebosanan, masalah
sensor motorik halus anak yang belum sempurna, masalah emosi, masalah
kepercayaan diri, masalah memori, masalah daya pikir dan sebagainya itulah
hal-hal yang membuat belajar membaca adalah pelajaran yang sangat rumit dan
menakutkan bagi anak. Tapi dengan Metoda ini, kerumitan itu dilokalisasi,
dieliminir dan diselesaikan dengan cara yang sangat cantik, hingga menjadi
output yang compact dan sederhana. Kecanggihannya adalah mengatasi kerumitan
dengan analisa yang dalam dan sepadan, tapi keluar dengan tampilan yang
sederhana dan cool. Itulah gambaran Metoda Fasih.
Kelemahan pada umumnya dalam belajar membaca adalah terlalu
memaksakan kepada anak. Misalnya dalam usia 3 atau 4 tahun sudah diajarkan
membaca dengan cara yang salah dan memaksakan diri. Anak dipaksa dengan
tulisan-tulisan yang asing bagi mereka, dan dijejali dengan beban-beban memori
yang memberatkan mereka. Ini tidak baik bagi perkembangan anak. Karena seorang
anak harus kita pahami bahwa mereka memiliki beberapa komponen dasar kehidupan
yang juga sama-sama sedang berkembang. Misalnya komponen kecerdasan, komponen
memori otak, komponen fisik, komponen perasaan, komponen pengalaman, komponen
kegembiraan bermain, komponen spiritual dan berbagai komponen serta aspek
lainnya. Perkembangan salah satu komponen tidak boleh menyebabkan terhambatnya
komponen yang lain.
Sebenarnya yang menjadi masalah bukanlah seorang anak itu
tidak boleh diajarkan membaca sejak dini saat berusia 3 atau 4 tahun. Tapi
masalahnya adalah kebanyakan cara yang digunakan adalah membebani mereka dari
berbagai sisi, sehingga menimbulkan ketidakserasian. Seandainya ada metoda yang
secara alamiah dan tidak membebani anak, tapi dapat mengantarkan anak menjadi
bisa membaca, maka itu tidak ada masalah untuk digunakan, sah-sah saja. Seperti
saat sambil bermain anak bisa membedakan warna merah biru kuning. Mereka tidak
dipaksa untuk menghafalnya, tetapi timbul secara alamiah. Itu sah-sah saja.
Sekarang, adakah cara yang tidak membebani, tapi dapat mengantarkan anak bisa
membaca? jawabnya : Selalu ada cara. Insya Allah.
Anda tentu mengenal Metode Iqro' cara cepat membaca huruf
Alquran? itu juga sebuah contoh yang baik dalam penerapan pendekatan modern
untuk mengajarkan anak membaca huruf Alquran. Hasilnya sangat spektakuler, anak
berusia 4 s/d 7 tahun sudah bisa membaca Al-Quran, lengkap dengan kaidah-kaidah
bacanya yang sangat rumit. Demikian pula dengan Metoda Fasih cara cepat membaca
huruf latin. Keduanya sebetulnya menerapkan pendekatan yang modern dan update
dalam pengajaran kepada anak usia dini. Namun ditampilkan dengan penampilan
yang familiar dan user friendly. Sehingga nyaman dan mudah bagi anak maupun
bagi pengajarnya.
Berdasarkan pengalaman,rata-rata anak bisa membaca kata-kata
sederhana dalam 6 jam belajar. Yakni dengan menyelesaikan bab 1 dan 2.
Disarankan anak tidak sekaligus belajar dalam 6 jam secara langsung, akan
tetapi dicicil setiap hari. Misalnya setiap hari 10 menit, maka anak akan bisa
membaca dalam 36 hari (360 menit) , supaya pengendapan materi lebih mantap.
Tetapi jika anak nampaknya enjoy dan ingin dilanjutkan serta menguasai, boleh
dilanjutkan terus sekaligus.
4.
Cara
Mengajari Anak Membaca Cepat dan Aman
Banyak kalangan berpendapat bahwa pelajaran membaca tidaklah
pantas untuk diajarkan kepada anak di usia dini. Pelajaran membaca hanya
layak diberikan kepada anak-anak tingkat Sekolah Dasar, bukan Pendidikan Anak
Usia Dini dan Taman Kanak-kanak. Karena dunia anak-anak adalah dunia
bermain, bukan melulu berfokus pada memasukkan ilmu ke dalam
memori otak anak. Karena dengan materi pelajaran yang terlalu berat,
anak-anak bisa menjadi mudah stress dan kehilangan kesempatan untuk
mengembangkan kecerdasan dan ketrampilan mereka yang lain. Salah satu dilemma
yang sedang dihadapi pendidik PAUD dan TK adalah masih banyaknya Sekolah
Dasar yang menjadikan kemampuan membaca sebagai salah satu syarat
diterima atau tidaknya para siswa baru.
Sebagai
pencipta lagu anak-anak, saya tergerak untuk membuat sesuatu
yang saya harap berguna bagi anak-anak Indonesia, khususnya
dalam menghadapi masalah boleh atau tidaknya anak usia
dini mendapatkan materi pelajaran membaca. Lalu tercetus sebuah ide dalam
benak saya untuk menciptakan sebuah lagu yang berguna bagi anak-anak usia
dini, khususnya yang berhubungan dengan materi pelajaran membaca. Dengan
diciptakannya lagu ini, bukan berarti saya setuju atau
mengijinkan anak-anak usia dini diberikan materi pelajaran membaca.
Di dalam lagu
saya ini, saya hanya ingin menyumbangkan salah satu ide cara
membaca yang aman. Karena dengan lagu ini, anak-anak tidak hanya
belajar membaca, namun juga merasakan keceriaan saat
bernyanyi. Atau sebaliknya, anak-anak bukan hanya akan merasa
senang dengan bernyanyi, namun mereka juga akan mendapatkan sebuah
pelajaran “cara membaca”.
Lirik dari lagu ini sebagai berikut:
Lirik dari lagu ini sebagai berikut:
A - K – U KU
AKU… B - I BI S - A SA BISA B-A BA C-A CA BACA… AKU BISA BACA….
Itu hanyalah
salah satu penggalan lirik yang terdapat di dalam lagu AKU BISA BACA. Dengan
lirik dan nada yang ada di dalam lagu AKU BISA BACA, anda juga
bisa berkreasi dengan menggunakan kata-kata yang lain.
Misalnya: SAYA SUKA BOLA, BUKU SAYA BARU, MATA SAYA DUA, dan
masih banyak kata-kata yang lain serta bisa menjadi lirik
pengganti dari lagu ciptaan saya tersebut. Syarat
kata-kata yang bisa anda pilih adalah memiliki empat
huruf dan dua suku kata, tiap suku kata
memiliki satu huruf konsonan dan satu huruf vocal, misalnya
KA, MU, BI, SA, RA, SA, dll. Namun bisa juga suku kata yang
pertama hanya menggunakan satu huruf ( dan suku kata
yang kedua harus menggunakan dua huruf), misalnya pada
kata AKU. Huruf “A” berdiri sendiri pada suku
kata pertama.
Saya yakin,
metode membaca sambil bernyanyi adalah salah satu metode
belajar membaca anak yang aman, dan bisa digunakan oleh para pendidik
anak usia dini dan orang tua. Sebenarnya masih banyak metode-metode mengajarkan
anak membaca yang lain. Namun memang sangat diperlukan
kreatifitas. Misalnya dengan media dongeng, menggambar,
menari, dan lain-lain.
Dengan artikel ini,
saya hanya berharap kepada pihak yang “mengijinkan” anak usia dini
menerima pelajaran membaca menjadi tahu pentingnya kreatifitas dalam
mengajarkan materi pelajaran ini. Dan bagi pihak yang sangat
anti terhadap diijinkannya / diharuskannya anak-anak menerima
materi pelajaran membaca menjadi tahu, bahwa masalah yang
sebenarnya bukanlah boleh atau tidak, namun semua tergantung pada
CARA MENGAJARKAN. Karena tidak ada salahnya juga
anak-anak bernyanyi lagu ABC, hafal bentuk-bentuk huruf, bisa menulis
nama diri, yang merupakan salah satu bagian dari materi
pelajaran membaca. Jadi marilah kita bersama, menggunakan kreatifitas
kita masing-masing, untuk menemukan metode-metode kreatif, yang bisa
meringankan dan memudahkan anak untuk bisa membaca.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas penulis
menyimpulkan bahwa :
2. Ada beberapa metode yang bisa diterap dalam
memndidikan anak supaya bisa lancar membaca. Yaitu :
a. Tahap
Anak Belajar Membaca
b.
Tips mengajar anak membaca
c. METODE
FASIH, cara mudah & cepat belajar membaca. Dan
d. Cara
Mengajari Anak Membaca Cepat dan Aman.
DAFTAR PUSTAKA
thank sekali makalahnya luarbiasa.. izin share ya agar makin banyak orang yang cerdas ^_^
BalasHapusok gan ...
Hapusterimakasih juga mau berkunjung :)