BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Pengertian Al Qur’an
Beberapa
definisi tentang al-qur’an telah di kemukakan oleh beberapa ulama dari berbagai
keahlian dalam bidang bahasa, ilmu kalam, ushul fiqh dan sebagainya.
Definisi-definisi itu sudah tentu berbeda antara satu dengan yang lain, karena
stressing (penekanannya) berbeda-beda yang disebabkan oleh perbedaan keahlian
dan disiplin ilmu mereka.
Sehubungan
dengan itu, Dr. Subhi al-Shalih merumuskan definisi al-qur’an yang dipandang
sebagai definisi yang dapat diterima para ulama, terutama ahli bahasa, ahli
fiqh dan ahli ushul fiqh. Sebagai berikut:
“Al
Quran adalah firman Allah yang bersifat mukjizat yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW, yang tertulis dalam mushaf–mushaf, yang dinukil (diriwayatkan)
dengan jalan mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.”
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Al-qur’an Sebagai Mukjizat dan
Wahyu
A. Pengertian
Mukjizat
Pengertian mukjizat diambil dari bahasa Arab a’jaza-i’jaz
yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu.
Dari segi bahasa, kata i’jaz berasal dari kata a’jaza,
yu’jizu, i’jaz yang berarti melemahkan atau memperlemah. Juga dapat berarti
menetapkan kelemahan.
Secara normatif, I’jaz adalah ketidakmampuan seseorang
melakukan sesuatu yang merupakan lawan dari ketidakberdayaan. Sedangkan yang
dimaksud dengan i’jaz secara terminologi ilmu al-Qur’an adalah sebagaimana yang
dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti yang dikemukakan oleh Khalil
al-Qaththan :
“I’jaz adalah menampakkan kebenaran Nabi s.a.w. dalam
pengakuan orang lain sebagai seorang rosul utusan Allah SWT , dengan
menampakkan kelemahan orang-orang Arab untuk menandinginya atau menghadapi
mukjizat yang abadi, yaitu al-Qur’an dan kelemahan-kelemahan
generasi-generasi sesudah mereka.”
Sedang mukjizat adalah perkara luar biasa yang disertai
dengan tantangan yang tidak mungkin dapat ditandingi oleh siapapun dan
kapanpun.
Muhammad Bakar Ismail menegaskan :
“Mukjizat adalah perkara luar biasa yang disertai dan
diikuti dengan tantangan yang diberikan oleh Allah SWT., kepada nabi-nabiNya
sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas misi dan kebenaran terhadap apa yang
diembannya, yang bersumber dari Allah SWT.”
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa antara i’jaz
dan mukjizat itu dapat dikatakan searti, yakni melemahkan. Hanya saja
pengertian i’jaz diatas mengesankan batasan yang lebih bersifat spesifik, yaitu
hanya al-Qur’an.
Sedangkan pengertian mukjizat mengesankan batasan yang
lebih luas, yakni bukan hanya berupa al-Qur’an, tetapi juga perkara-perkara
lain yang tidak mampu dijangkau oleh segala daya dan kemampuan manusia secara
keseluruhan.
Dengan demikian, dalam konteks ini antara pengertian
i’jaz dan mukjizat itu saling isi mengisi dan saling lengkap melengkapi,
sehingga dari batasan-batasan tersebut tampak dengan jelas keistimewaan dari
ketetapan-ketetapan Allah yang khusus diberikan kepada rasul-rasul pilihan-Nya,
sebagai salah satu bukti kebenaran misi kerasulan yang dibawanya itu.
Al-Qur’an adalah mukjizat dan Allah menunjukkan kelemahan
orang Arab untuk menandingi Al-Qur’an, padahal mereka memiliki faktor-faktor
dan potensi untuk itu.
Pelakunya (yang melemahkan) dinamakan mukjiz dan
pihak yang mampu melemahkan pihak lain sehingga mampu membungkamkan lawan,
dinamakan mukjizat.
1.
Segi - Segi Kemukjizatan Al-Qur’an
Kemukjizatan Al-Qur’an antara lain terletak pada segi
fashahah dan balaghahnya, susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada
tandingannya. Menurut Syeikh Muhammad Ali al-Shabuniy menegaskan, bahwa diantara segi –
segi kemukjizatan al-Qur’an yang nampak adalah :
1.
Keindahan
sastranya yang sama sekali berbeda dengan keindahan sastra yang dimiliki oleh
orang-orang Arab.
2.
Gaya
bahasanya yang unik yang sama sekali berbeda dengan semua gaya bahasa yang
dimiliki bangsa Arab.
3.
Kefasihan
bahasanya yang tidak mungkin dapat ditandingi dan dilakukan oleh semua makhluk
termasuk jenis manusia.
4.
Kesempurnaan
syari’at yang dibawanya yang mengungguli semua syariat dan aturan-aturan
lainnya.
5.
Menampilkan berita-berita yang bersifat
eskatalogis yang tak mungkin dapat dijangkau oleh otak manusia kecuali melalui
pemberitaan wahyu al-Qur’an itu sendiri.
6.
Tidak adanya pertentangan antara
konsep-konsep yang dibawakannya dengan kenyataan kebenaran hasil penemuan dan
penyelidikan ilmu pengetahuan.
7.
Terpenuhinya setiap janji dan ancaman
yang diberitakan al-Qur’an.
8.
Ilmu pengetahuan yang dibawanya
mencakup ilmu pengetahuan syariat dan ilmu pengetahuan alam (tentang jagad
raya).
9.
Dapat memberikan pengaruh yang mendalam
dan besar pada para pengikut dan musuh – musuhnya.
10. Susunan
kalimat dan gaya bahasanya terpelihara dari paradoksi dan kerancuan.
2.
Perbedaan Al Qur’an dengan Hadits Qudsi
Menurut
At Thibi : Al Quran adalah lafaz yang diturunkan oleh malaikat Jibril dari
Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun hadits Qudsi adalah sesuatu yang
dikehendaki oleh Allah untuk disampaikan dengan jalan melalui ilham atau mimpi,
kemudian Nabi memberitahukan kepada umatnya dengan bahasa sendiri. Sedangkan
hadits-hadits yang lain tidak disandarkan kepada Allah dan tidak diriwayatkan
dari Allah.
Perbedaan lainnya adalah:
1. Al-Qur’an
adalah mukjizat dan mengandung tantangan kepada seluruh manusia dan Jin yang
mereka semua tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Al-Qur’an walau satu
ayat pun. Sedangkan hadis qudsi bukan merupakan mukjizat dan tidak mengandung
tantangan.
2. Seluruh
isi Al-Qur’an dinukil secara mutawatir dan qoth’i, sedangkan hadis qudsi
sebagian ada yang shahih dan ada pula sebagiannya berupa khabar ahad yang
sebatas dzan (dugaan).
3. Al-Qur’an
semuanya berasal dari Allah baik makna maupun redaksi lafalnya, sedangkan hadis
qudsi maknanya saja dari Allah, sedangkan redaksi lafalnya dari Rasulullah atau
dari periwayat hadis.
4. Perlakuan
terhadap Al-Qur’an yaitu : dilarang menyentuhnya bagi yang berhadas kecil,
dilarang membacanya bagi yang ber hadas besar, tidak berlaku bagi hadis qudsi.
5. Membaca
Al-Qur’an setiap hurufnya mendatangkan pahala, sedang membaca hadis qudsi
tidak.
B.
Pengertian
Wahyu
Wahyu
menurut bahasa ialah memberikan sesuatu dengan cara yang samar dan cepat
sedangkan menurut pengertian agama, wahyu adalah pemberitahuan tuhan kepada
nabinya tentang hukum-hukum tuhan, berita-berita dan cerita-cerita dengan cara
yang samar tetapi meyakinkan kepada nabi / rasul yang bersangkutan, bahwa apa
yang diterimanya adalah dari Allah sendiri. Sesuai dengan ayat 51 dari surat
Al-Surra.
Berdasarkan
atas ayat tersebut maka wahyu itu ada tiga macam:
1.
Pemberitahuan tuhan dengan cara ilham
tanpa perantaraan termasuk mimpi yang tepat dan benar, misalnya habi Ibrahim
diperintah melalui mimpi menyembelih puteranya (Ismail). Peristiwa ini
diungkapkan oleh Allah dalam surat Al- Shofat ayat 102.
2.
Mendengar
firman Allah dibalik ta’bir, seperti yang dialami nabi Musa ketika menerima
pengangkatan kenabianya. Peristiwa ini disebutkan dalam surat Thaha ayat 11-13.
Demikian pula peristiwa mi’raj nabi Muhammad, dimana nabi menerima perintah
langsung dari Allah SWT untuk mendirikan shalat lima waktu
3.
Penyampaian
wahyu (amanat) Tuhan dengan perantaraan Jibril As .Ini ada dua macam :
·
Nabi dapat melihat kehadiran Malaikat
Jibril a.s.
·
Nabi tidak melihat kehadiran Malaikat
Jibril a.s ketika menerima wahyu, tetapi beliau mendengar suaranya seperti
suara lebah atau gemrincing bel.
Kebenaran
Al-qur’an sebagai wahyu Allah :
1.
Al-Qur'an diturunkan dengan bahasa Arab yang sangat indah
Diungkapkan oleh Muhammad bin Abdul Aziz bahwa keindahan
bahasa Arab dalam Al-Qur'an dapat terlihat dari beberapa hal, yaitu :
- Jalinan kalimat dalam Al-Qur'an tersusun sedemikian rupa sehingga ketika dibaca terdengar indah dan mudah dihafal
- Bahasa Arab dalam Al-Qur'an mudah dipahami baik oleh orang umum maupun oleh orang khusus
- Bahasa Arab dalam Al-Qur'an menggunakan pendekatan perasaan dan ilmiah
2. Al-Qur'an hadir berisi tentang
history dan story
Hal
ini berarti bahwa di dalam Al-Qur'an dijelaskan mengenai kejadian di masa lalu,
saat ini, dan kejadian yang akan terjadi di masa yang akan datang.
3. Al-Qur'an hadir dengan isyarat
IPTEK
Banyak
sekali ilmu pengetahuan yang saat ini berkembang atau ditemukan oleh para
ilmuwan merupakan suatu hal yang telah dijelaskan di dalam Al-Qur'an. Misalnya
saja tentang teori big bang yang mengatakan bahwa dahulu langit dan bumi adalah
kesatuan yang padu kemudian keduanya terpisah.
"Dan
apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya
dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan
segala sesuatu yang hiduo berasal dari air; maka mengapa mereka tidak
beriman?"
(QS.
Al-Anbiya (21) : 30)
Atau surah yang menerangkan mengenai
manfaat angin sebagai media penyerbukan tumbuhan. Ketika kita belajar biologi
pun akhirnya kita tahu bahwa memang benar jika angin mampu membantu beberapa
jenis tumbuhan dalam proses penyerbukan.
"Dan
Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari
langit, lalu Kami beri minum kamu dengan (air) itu, dan bukanlah kamu yang
menyimpannya"
(QS
Al-Hijr (15) : 22)
Bahkan proses penciptaan manusia pun
banyak dijelaskan di dalam Al-Qur'an. Mulai dari asal muasalnya, keberadaan
zigot yang menempel pada rahim ibu, dsb.
4. Al-Qur'an hadir sebagai pedoman
hidup bagi manusia secara komprehensif
Hal ini terbukti dari segala macam aturan dan hukum-hukum
yang ad di dalam Al-Qur'an bersifat mudah dan memudahkan, mulai dari yang kecil
hingga aturan-aturan yang kompleks. Berikut ini adalah bukti bahwa hukum yang
ada dalam Al-Qur'an itu bersifat mudah dan memudahkan.
- Allah memberikan kewajiban namun terkadang kewajiban itu diggugurkan. Misal, ibadah haji diwajibkan oleh Allah namun digugurkan kewajibannya bagi orang-orang yang tidak mampu.
- Allah meringankan suatu kewajiban dengan menggantinya. Misal, bila seorang wanita sedang haid, maka ia dapat mengganti puasanya di lain waktu. Bila belum sanggup berhaji maka berqurban, dsb.
- Allah membuat kewajiban namun terkadang dapat dikurangi. Misal, bagi yang melakukan perjalanan dapat mengqashar shalatnya, dari 4 menjadi 2.
- Allah membuat kewajiban namun terkadang dapat diubah waktunya. Misal, shalat jamak bagi mereka yang sedang bepergian jauh.
- Allah memberikan keringanan dalam kewajiban-kewajiban yang telah dibuat.
5. Al-Qur'an diturunkan kepada nabi
yang tidak dapat membaca dan menulis
Seandainya Al-Qur'an tersebut diturunkan kepada orang yang
mampu membaca dan menulis bisa jadi isinya telah berubah sesuai dengan
keingingan yang menerima ayat-ayat tersebut. Namun kenyataannya Allah
menurunkannya kepada Muhammad yang tidak dapat membaca dan menulis, hal ini
tidak memungkinkan bagi nabi untuk merubahnya dan tidak mungkin pula Muhammad
yang telah membuat sendiri ayat-ayat Al-Qur'an tersebut.
6. Al-Qur'an diturunkan dalam jangka
waktu yang lama
Seperti yang kita tahu bahwa Al-Qur'an diturunkan selama
hampir 23 tahun. Dalam waktu yang lama dan berangsur-angsur ini pasti telah
banyak sekali saksi sejarah yang mengetahui ayat-ayat Al-Qur'an ini. Hal ini
tidak memungkinkan bagi mereka untuk bersepakat secara bersama-sama untuk
mengubah isi dari Al-Qur'an itu sendiri. Dan jika Al-Qur'an bukan merupakan
wahyu dari Allah melainkan buatan Muhammad SAW pastilah sudah terjadi
kesemrawutan dalam penulisannya. Karena dalam jangka waktu yang lama tersebut
pastilah pola pikir manusia akan suatu hal mengalami perkembangan.
Misalnya saja dua tahun lalu kita pernah menulis sesuatu,
entah itu surat, puisi, bahkan catatan harian kita, dan kita membacanya lagi
saat ini bisa jadi kita tertawa membacanya. Entah karena bahasanya yang aneh,
atau karena pola pikir kita saat itu yang belum berkembang sehingga banyak
sekali kata-kata yang terasa janggal. Dan sungguh.. Al-Qur'an tak ada satupun
ayat yang saling bertentangan antar satu dan yang lain. Inilah yang membuktikan
bahwa Al-Qur'an bukanlah buah pikir manusia melainkan wahyyu dari Allah SWT.
7. Al-Qur'an di jaga kebenarannya
dan kesuciannya langsung oleh Allah SWT
Sampai saat ini para penghapal Al-Qur'an di muka bumi bukan
hanya ratusan, ribuan, atau ratusan ribu, tapi pengahapal Al-Qur'an saat ini
telah mencapai ratusan juta jiwa. Subhanallah... (siapa yang pengen jadi salah
satu di antara mereka?)
1.
Perbedaan Wahyu
dan Ilham
Meskipun
secara bahasa tidak ada perbedaan antara wahyu dan ilham, namun kedua adalah
dua sisi yang membedakan kualitas manusia: antara nabi dan bukan nabi. Ilham
diberikan kepada setiap manusia, sedangkan wahyu hanya diberikan kepada para
nabi. Meski keduanya berasal dari Allah SWT, namun cara penerimaannya yang
berbeda. Ilham adalah penyusupan makna, pemikiran, kabar, atau hakekat dalam
hati lewat limpahan karunia batin dari Allah SWT. Jalan untuk mendapatkan ilham
bisa lewat usaha rohani maupun tanpa usaha (Yusuf Qardhawi, 1997: 16).
Ketika
menafsirkan surat al-Syams: 8, Quraish Shihab (2002: XV: 297) menulis pemahaman
tentang ilham,
“Memang
ilham atau intuisi datang secara tiba-tiba tanpa disertai analisis sebelumnya,
bahkan kadang-kadang tidak terpikirkan sebelumnya. Kedatangannya bagaikan kilat
dalam sinar dan kecepatannya, sehingga manusia tidak bisa menolaknya,
sebagaimana tidak dapat pula mengundang kehadirannya. Potensi ini ada pada
setiap insan, walaupun peringkat dan kekuatannya berbeda antara seseorang
dengan yang lain”.
Setiap
manusia pasti mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang baik dan buruk
berdasarkan akalnya. Pengetahuan ini merupakan ilham dari Allah SWT. Kelanjutan
pengetahuan dalam sikap dan perbuatan merupakan kehendak manusia. Agar manusia
cenderung berbuat baik dan meninggalkan perbuatan buruk, maka Allah SWT
mengutus para nabi yang telah mendapatkan wahyu dari-Nya. Dengan demikian,
Allah SWT Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena memberikan ilham kebaikan
dan keburukan kepada manusia serta mengutus para nabi untuk memberikan petunjuk
kepada manusia menuju jalan yang benar.
Al-Qur’an
adalah hasil wahyu, bukan ilham. Ketika menerima wahyu al-Qur’an, badan Nabi
SAW terasa berat hingga keringatnya bercucuran. Meski demikian, Nabi SAW senang
menerimanya. Nabi SAW pernah tidak menerima wahyu dalam jangka waktu yang lama.
Nabi SAW sedih. Masyarakat pun mengolok-olok Nabi SAW sebagai orang yang telah
ditinggal Tuhannya. Akhirnya, turunlah surat al-Dluha. Nabi SAW pun kembali
bahagia. Terkadang Nabi SAW berharap datangnya wahyu. Namun, kedatangannya pun
tidak tepat.
Padahal,
Nabi SAW diminta mengatasi permasalahannya. Demikian ini merupakan lika-liku
penerimaan wahyu oleh Nabi SAW. Bukan kehendak Nabi SAW, melainkan Kehendak
Allah SAW. Nabi SAW adalah manusia terakhir yang mendapatkan wahyu, selanjutnya
manusia hanya bisa mendapatkan ilham. Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang
mengumpulkan wahyu, berikutnya hanya buku yang ditulis berdasarkan ilham.
Selain wahyu Al-Qur’an, Nabi SAW juga mendapatkan wahyu di luar al-Qur’an yang
disebut hadis. Al-Qur’an juga telah menjadi dasar atas wahyu hadis ini, antara
lain: surat al-Najm ayat 3-4 dan surat al-Hasyr ayat 7.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Pengertian Al-Qur’an
“Al
Quran adalah firman Allah yang bersifat mukjizat yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW, yang tertulis dalam mushaf–mushaf, yang dinukil (diriwayatkan)
dengan jalan mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.”
2.
Al-Qur’an Sebagai Mukjizat
“Mukjizat adalah perkara luar biasa yang disertai dan
diikuti dengan tantangan yang diberikan oleh Allah SWT., kepada nabi-nabiNya
sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas misi dan kebenaran terhadap apa yang
diembannya, yang bersumber dari Allah SWT.”
Al-Qur’an adalah mukjizat dan Allah menunjukkan kelemahan
orang Arab untuk menandingi Al-Qur’an, padahal mereka memiliki faktor-faktor
dan potensi untuk itu.
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa antara i’jaz
dan mukjizat itu dapat dikatakan searti, yakni melemahkan. Hanya saja
pengertian i’jaz diatas mengesankan batasan yang lebih bersifat spesifik, yaitu
hanya al-Qur’an.
3.
Al-Qur’an Sebagai Wahyu
Wahyu
menurut bahasa ialah memberikan sesuatu dengan cara yang samar dan cepat
sedangkan menurut pengertian agama, wahyu adalah pemberitahuan tuhan kepada
nabinya tentang hukum-hukum tuhan, berita-berita dan cerita-cerita dengan cara
yang samar tetapi meyakinkan kepada nabi / rasul yang bersangkutan, bahwa apa
yang diterimanya adalah dari Allah sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Qur’an is the true book from God
BalasHapusI love Quran
BalasHapusGod bless all Quran scholars
BalasHapusYou have some really nice content on your blog.
BalasHapus