BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Cacing tanah
merupakan bahan pakan alternatif bagi ternak unggas dan ikan. Binatang ini
mengandung gizi tinggi. Antara lain, protein 64-76, lemak 7-10 %, energi
900-4100 kal, serta mineral, air, dan asam amino paling lengkap. Penggunaan
cacing tanah menjadi pakan ternak unggas dan ikan dapat dilakukan dalam bentuk
segar maupun tepung.
Agar
ketersediaan dan kebutuhan cacing terpenuhi, seorang peternak bisa
membudidayakannya sendiri. Caranya: pertama, membuat kotak pemeliharaan dengan
ukuran sesuai kapasitas yang diinginkan. Kotak pemeliharaan ini bisa dibuat
dari kayu, plastik atau kaca.
Setelah itu,
siapkan media hidup bagi cacing. Bahan yang dipakai untuk media hidup cacing
adalah campuran kompos dengan beberapa bahan organik (limbah pertanian, limbah
pasar). Masukkan bahan-bahan tersebut hingga mencapai ketinggian 15 cm.
Masukkan juga air secukupnya agar media hidup cacing ini basah dan gembur. Aduk
semua bahan tersebut sampai tercampur merata, agar terjadi proses fermentasi.Setelah
empat minggu, campurkan kotoran hewan ke dalamnya dengan perbandingan 70% media
hidup dan 30% kotoran hewan. Kapur bisa ditambahkan sebanyak 1% dari media
hidup untuk mendapatkan pH netral. Media sudah dianggap cocok apabila pH nya
mencapai 6,0 – 7,2 ; tingkat kelembaban 15 – 30 % dan suhu antara 15 –
25ºc.Kemudian masukkan cacing tanah ke dalamnya. Cacing yang dimasukkan seberat
media hidup yang telah disediakan. Bila medianya mencapai 2 kg, maka cacing
yang dimasukkan ke dalamnya juga 2kg.
Untuk
menghindari kekeringan, permukaan media dilapisi plastik, karung, atau bahan
lain yang tidak tembus cahaya. Agar bisa hidup dan berkembang dengan baik,
setiap hari cacing harus mendapat suplai makanan yang dibutuhkan. Makanan
tersebut berupa kotoran hewan, baik kotoran sapi, kambing atau ayam. Banyaknya
makanan yang dibutuhkan adalah seberat cacing yang dimasukkan ke dalam kotak
pemeliharaan. Jika berat cacing mencapai 2 kg, maka pakan yang diberikan juga 2
kg.
Sebelum
dimasukkan ke dalam kotak pemeliharaan, pakan cacing harus dijadikan bubuk atau
bubur. Untuk bubur, perbandingan air dengan pakan adalah 1:1, setelah dicapur,
bahan itu diaduk hingga rata. Bubur pakan ditaburkan secara merata di atas 1/3
bagian permukaan media hidup cacing.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KASCING
Kascing adalah bahan organik yang berasal dari cacing. Radian (1994)mengemukakan bahwa
kascing adalah kotoran cacing tanah yang bercampur dengan tanah atau bahan
lainnya yang merupakan pupuk organik yang kayaakan unsur hara dan kualitasnya
lebih baik dibandingkan dengan pupuk organik jenis lain.
Kascing dari Eiesnia foetida mengandung
nitrogen 0,63%, fosfor 0,35%, kalium 0,20%, kalsium 0,23%, magnesium
0,26%, natrium 0,07%,tembaga 17,58%, seng 0,007%, mangan 0,003%, besi 0,790%,
boron, 2221%, molibdenum 14,48%, KTK 35,80 meg/100g, kapasitas menyimpan air
41,23% dan asam humus 13,88% (Trimulat, 2003). Gaddie dan Douglas (1977) dalam
Radian (1994) menyatakan bahwa kascing mengandung 0,5 – 2 % N; 0,06 – 0,08 %
P2O5; 0,10 – 0,68 % K 2O dan 0,5 – 3,5 % kalsium.
Selain
kandungan unsur
haranya tinggi, kascing sangat baik untuk pertumbuhan tanaman,
karena mengandung auksin (Catalan, 1981 dalam Radian 1994). Unsur hara dalam cacing tergolong lengkap baik haramakro maupun hara mikro,
tersedia dalam bentuk yang mudah diserap oleh tanaman (Atiyeh, dkk., 2000).
Menurut
Scullion dan
Malik (2000)
stabilitas agregat
tanah yang terbentuk cukup baik sebagai akibat tingginya karbohidrat dalam kascing Trimulat (2003) mengemukakan hasil penelitian mengenai pengaruh kascing
terhadap jumlah malai padi menunjukkan bahwa pupuk kotoran cacing
memberikan jumlah malai 2,5 – 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa kotoran cacing.
Menurut Masciandro, dkk. (2000) kascing mengandung mikroba yang bermanfaat
bagi tanaman. Aktivitas mikrobamembantu dalam pembentukan struktur tanah agar
stabi.
1. SEJARAH SINGKAT
Cacing tanah termasuk hewan tingkat
rendah karena tidak mempunyai tulang belakang (invertebrata). Cacing tanah
termasuk kelas Oligochaeta. Famili terpenting dari kelas ini Megascilicidae dan
Lumbricidae Cacing tanah bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita,
terutama bagi masyarakat pedesaan. Namun hewan ini mempunyai potensi yang
sangat menakjubkan bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia.
2. SENTRA PERIKANAN
Sentra peternakan cacing terbesar
terdapat di Jawa Barat khususnya Bandung-Sumedang dan sekitarnya.
3. JENIS
Jenis-jenis yang paling banyak
dikembangkan oleh manusia berasal dari famili Megascolicidae dan Lumbricidae
dengan genus Lumbricus, Eiseinia, Pheretima, Perionyx, Diplocardi dan
Lidrillus. Beberapa jenis cacing tanah yang kini banyak diternakan antara lain:
Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan
organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan. Cacing tanah
jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah segmen yang dimiliki
sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini
kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil.
Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya
bisa menyamai atau melebihi jenis lain. Cacing tanah jenis Pheretima segmennya
mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya
berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah
yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing
kalung. Cacing tanah jenis Perionyx berbentuk gilik berwarna ungu tua sampai
merah kecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada
segmen 13 dan 17. Cacing ini biasanya agak manja sehingga dalam pemeliharaannya
diperlukan perhatian yang lebih serius. Cacing jenis Lumbricus Rubellus
memiliki keunggulan lebih dibanding kedua jenis yang lain di atas, karena
produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan
produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak
4. MANFAAT
Dalam
bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki
aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi
oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi
mikroba yang menguntungkan tanaman. Selain itu juga cacing tanah dapat
digunakan sebagai:
- Bahan Pakan Ternak
Berkat kandungan protein, lemak dan
mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak
seperti unggas, ikan, udang dan kodok.
- Bahan Baku Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit.
Secara tradisional cacing tanah
dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan tekanan darah, menyembuhkan
bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus.
- BahanBakuKosmetik
Cacing dapat diolah untuk digunakan
sebagai pelembab kulit dan bahan baku
pembuatan lipstik.
- Makanan Manusia
Cacing merupakan sumber protein yang
berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan makanan manusia seperti halnya daging
sapi atau Ayam.
5. PERSYARATAN LOKASI
- Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam jumlah yang besar.
- Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai bahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya.
- Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi.
- Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15-30 %.
- Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon adalah sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal.
- Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan agar mudah penanganan dan pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung, misalnya di bawah pohon rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus (permanen) yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan sinar dan tidak menyimpan panas.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
- Penyiapan Saranadan Peralatan
Pembuatan kandang sebaiknya
menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia,
papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat. Salah satu contoh kandang permanen
untuk peternakan skala besar adalah yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi
0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat wadah-wadah
pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka).
Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing
bertingkat atau pancing berjajar..
- Pembibitan
Persiapan yang diperlukan dalam pembudidayaan cacing tanah adalah meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan kandang pelindung.
- Pemilihan Bibit Calon Induk
Sebaiknya dalam beternak cacing tanah
secara komersial digunakan bibit yang sudah ada karena diperlukan dalam jumlah
yang besar. Namun bila akan dimulai dari skala kecil dapat pula dipakai bibit
cacing tanah dari alam, yaitu dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari
tempat pembuangan kotoran hewan.
- Pemeliharaan Bibit Calon Induk Pemeliharaan dapat dibagi menjadi beberapa cara:
- pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yang digunakan. Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jika sarang berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang lebih 1 m, dapat ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa.
- pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya telah bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain.
- pemeliharaan kombinasi cara a dan b.
- pemeliharaan khusus kokon sampai anak, setelah dewasa di pindah ke bak lain.
- Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit.
- Sistem Pemuliabiakan
Apabila media pemeliharaan telah siap
dan bibit cacing tanah sudah ada, maka penanaman dapat segera dilaksanakan
dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus
dimasukan ke dalam media, tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa
bibit cacing tanah diletakan di atas media, kemudian diamati apakah bibit
cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit
cacing yang lain dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang
berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media (wadah). Apabila
dalam waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu
betah dan media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan
berkeliaran di permukaan media. Untuk mengatasinya, media harus segera diganti
dengan yang baru. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara disiram dengan air,
kemudian diperas hingga air perasannya terlihat berwarna bening (tidak berwarna
hitam atau cokelat tua).
- Reproduksi, Perkawinan Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur. Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.
- Pemeliharaan
- Pemberian Pakan
Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak
berat cacing tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang
harus diberikan juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah adalah berupa
semua kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai sebagai media.
Hal
yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah, antara lain :
- pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara diblender.
- bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan.
- pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak tembus cahaya.
- pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu, harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi.
- bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah mempunyai perbandingan air 1:1.
- Penggantian Media
Media yang sudah menjadi tanah/kascing
atau yang telah banyak telur (kokon) harus diganti. Supaya cacing cepat
berkembang, maka telur, anak dan induk dipisahkan dan ditumbuhkan pada media
baru. Rata rata penggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu.
- Proses Kelahiran
Bahan untuk media pembuatan sarang
adalah: kotoran hewan, dedaunan/Buah-buahan, batang pisang, limbah rumah
tangga, limbah pasar, kertas koran/kardus/kayu lapuk/bubur kayu. Bahan yang
tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai bahan, kecuali
kotoran ternak, diaduk dan ditambah air kemudian diaduk kembali. Bahan campuran
dan kotaran ternak dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30 ditambah
air secukupnya supaya tetap basah.
7. HAMA DAN PENYAKIT
Keberhasilan beternak cacing tanah
tidak terlepas dari pengendalian terhadap hama
dan musuh cacing tanah. Beberapa hama
dan musuh cacing tanah antara lain: semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat,
tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu dan lain-lain. Musuh
yang juga ditakuti adalah semut merah yang memakan pakan cacing tanah yang
mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini diperlukan untuk
penggemukan cacing tanah. Pencegahan serangan semut merah dilakukan dengan cara
disekitar wadah pemeliharaan (dirambang) diberi air cukup.
8. PANEN
Dalam beternak cacing tanah ada dua
hasil terpenting (utama) yang dapat diharapkan, yaitu biomas (cacing tanah itu
sendiri) dan kascing (bekas cacing). Panen cacing dapat dilakukan dengan
berbagai cara salah satunya adalah dengan mengunakan alat penerangan seperti
lampu petromaks, lampu neon atau bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap
cahaya sehingga mereka akan berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita
tinggal memisahkan cacing tanah itu dengan medianya. Ada cara panen yang lebih ekonomis dengan
membalikan sarang. Dibalik sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan
cacing mudah terkumpul, kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing
yang tertinggal. Jika pada saat panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan
telur), maka sarang dikembalikan pada wadah semula dan diberi pakan hingga
sekitar 30 hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas. Dan cacing tanah dapat
diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan kascingnya siap
di panen.
BAB III
PENUTUP
Pupuk kascing merupakan pupuk organik dari
perombakan bahan-bahan organik dengan bantuan mikroorganisme dan cacing.
Kascing mengandung berbagai unsur hara dan kaya akan zat pengatur tumbuh yang
mendukung pertumbuhan tanaman. Menurut Zahid (1994) kascing mengandung zat
pengatur tumbuh seperti giberellin, sitokinin dan auxin, serta unsur hara N, P,
K, Mg dan Ca dan Azotobacter sp yang merupakan bakteri penambat N
nonsimbiotik yang akan membantu memperkaya unsur N yang dibutuhkan oleh
tanaman. Kascing
juga mengandung berbagai unsur hara mikro yang dibutuhkan tanaman seperti Fe,
Mn, Cu, Zn, Bo dan Mo (Mashur, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
- Asep, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah ( Bandung : Jum’ at, 2 Juli 1999).
- Budiarti, Asiani, Palungkun, Roni, Cacing Tanah (Jakarta : Penebar Swadaya, 1992).
- Endang, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum’ at, 8 Juli 1999).
- Hamzah, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum’ at, 8 Juli 1999).
- Hud, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum’ at, 8 Juli 1999).
- Rudi, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah ( Bandung : Jum’ at, 2 Juli 1999).
- Sayuti, Fahri, Pedoman Praktis Budidaya Cacing Tanah (Bandung : Pusat Latihan Dan Pengembangan, 1999).
- Syaeful, Wawancara dengan Peternak Cacing Tanah (Bogor : Jum’ at, 8 Juli 1999).
- Waluyo,Neno, Wawancara dengan Mahasiswa Peternak Cacing Tanah (Bogor : Kamis, 24 Juni l999).
0 Response to "Makalah Cascing (Pertanian)"
Posting Komentar
Komentar anda menyelamatkan kami :)